Para Pekerja Tengah Menuntaskan Pembangunan Pabrik Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah (Antara Foto)

Jakartasatu.com – Inilah kelanjutan polemik pembangunan pabrik semen Indonesia di kawasan Rembang, Jawa Tengah. Presiden Joko Widodo sendiri secara resmi telah memutuskan penghentian sementara (moratorium) pembangunan pabrik semen di utara pulau Jawa tersebut.

Belum lama ini Menteri BUMN Rini Soemarno pada Selasa (9/8) bertandang langsung ke lokasi pembangunan pabrik semen yang selama ini diberitakan telah terjadi konflik antara warga yang pro dan kontra dengan pembangunan pabrik semen tersebut.

Dalam kunjungan kerjanya ke desa Tegaldowo, Menteri Rini didampingi Bupati Rembang Abdul Hafid dan beberapa direktur perusahaan BUMN semisal PLN, Bank BTN dan Bank BRI. Dalam kunjungannya itu Menteri Rini mendengar langsung aspirasi warga.

Dia mengaku prihatin terhadap laporan warga kepada presiden selama ini. Desa Tegaldowo menurutnya merupakan desa yang menyenangkan, warganya ramah, hidup tenang, rumahnya bagus. Tidak seperti yang diberitakan di media bahwa terjadi konflik antara warga penolak dan pendukung pembangunan pabrik semen.

Bupati Rembang Abdul Hafid mengatakan, angka kemiskinan di Rembang saat ini mencapai 19 persen, Pemerintah menargetkan angka kemiskinan turun hingga 11 persen dalam waktu 5 tahun kedepan. Hal itu tentunya dapat dilakukan dengan mengangkat potensi daerah utamanya potensi tambang dengan menggandeng pihak ketiga termasuk perusahaan BUMN Semen Indonesia untuk mendirikan pabrik di Rembang.

Abdul Hafid menjelaskan, sejak Semen Indonesia mendirikan pabrik di Rembang jumlah penolak pabrik hanya 10 persen, sebagian besar warga malah mendukung pembangunan pabrik. Pemerintah Rembang telah menaati segala aturan terkait pembangunan pabrik semen di Rembang.

Perwakilan warga desa Tegaldowo, Dwi Joko yang berprofesi sebagai guru di hadapan Menteri BUMN mengaku telah tinggal selama 30 tahun di desa Tegaldowo. Tahun 1988 tepatnya kondisi desa Tegaldowo sangat miskin, tidak ada listrik,sarana jalan tidak baik.

Sehingga waktu itu terjadi perkawinan dini dan taraf hidup masyarakat sangat miskin. Namun sejak tahun 1996 dengan adanya penambangan di daerah tersebut, taraf hidup warga menjadi meningkat. Banyak warga yang bekerja sebagai penambang. Melihat hal demikian, warga menyambut baik masuknya Semen Indonesia membangun pabrik di wilayahnya.

”Kami berharap desa kami semakin maju nantinya dengan adanya pabrik Semen Indonesia. Terkait isu lingkungan sebagai dampak, Semen Indonesia memiliki teknologi canggih dalam hal penambangan layaknya di pabrik Tuban yang kapan lalu kita kunjungi,” ujarnya.

Ditambahkan Dwi, Di Tuban air melimpah ruah, sawah dapat panen hingga 3 kali dalam satu tahun, maka ia yakin berkaca pada pabrik yang ada, penambangan Semen Indonesia tidak merusak lingkungan.

Warga lainnya Tri Ningsih yang juga warga Timbrangan mengatakan, warga ring satu utamanya yang menolak pembangunan pabrik semen, sekarang berpenampilan berbeda dari warga biasanya, Dimana biasanya warga setempat kebanyakan mengenakan hijab namun mereka mengenakan pakaian serba hitam dengan mengenakan sanggul kepala.

“Sejak ada polemik pabrik semen ini, pakaian serba hitam dan bersanggul selalu mereka gunakan ketika sedang beraksi menolak pabrik semen, “ ujarnya.

Mendengar pernyataan warga dan bupati tersebut Rini mengaku mendapat masukan berguna yang nantinya akan diteruskan ke presiden. Ia berharap kedepan melalui perusahaan BUMN bisa menurunkan angka kemiskinan, membantu masyarakat meningkatkan kesejahteraan nya.

Sumber: Beritasatu.com/Suara Pembaruan