Pembangunan Pabrik Semen Indonesia di Rembang (Foto/Bisnis.co)

Jakartasatu.com – Jauh sebelum Presiden Joko Widodo menetapkan kebijakan moratorium (penghentian sementara) pembangunan pabrik Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah Direktur Utama PT Semen Indonesia Suparni sudah mengatakan jika ada ribuan tenaga kerja yang terserap dalam proyek mercusuar tersebut.

Sekitar bulan April tahun 2016 ketika santer penolakan oleh sebagian kecil masyarakat di kawasan pegunungan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah Direktur Utama PT Semen Indonesia membeberkan jika pabrik tersebut bisa langsung menyerap sebanyak 300 pekerja langsung.
“Prioritas (lokal). Di Rembang sekitar 300 orang yang langsung. Tenaga pendukung bisa 1.000-an orang. Yang pasok, kontraktor, dan sebagainya ribuan lagi. Jadi akan ada efek domino ekonomi yang sangat besar sekali,” kata Suparni ditemui di kantor Kementerian BUMN, seperti dilansir Detik.com belum lama ini.

Ia melanjutkan pabrik tersebut memiliki kapasitas 3 juta ton dan baru bisa berproduksi maksimal di tahun 2017.

“Akhir tahun masih sedikit kan baru comissioning. Tahun 2017 baru bisa produksi secara komersial,” ujarnya.

Terkait masih banyaknya penolakan masyarakat sekitar, pihaknya menganggapnya sebagai hal yang biasa terjadi pada pembangunan pabrik semen baru.

“Pabrik semen Rembang, saya sampaikan bahwa yang pro yah banyak, yang kontra juga banyak. Yang bekerja di Proyek itu ada 3.000-an orang, dengan 40-50% pekerjanya dari Rembang dan selebihnya dari daerah lain di Jawa Tengah. Yang kontra yah ada,” tandasnya.