Sekedar Ilustrasi Pemanis persembahan Ai
Sekedar Ilustrasi Pemanis persembahan Ai

Cuitan Gibran Tuai Kontroversi: Satire Atas Penunjukan AHY Sebagai Menteri?

Oleh: WA Wicaksono
Storyteller, Analis Iklan dan Pencitraan
Dalam dunia politik, tak jarang kehalusan sikap dan tutur kata sering kali dikesampingkan demi pernyataan yang berani dan gestur simbolis. Baru-baru ini, sebuah cuitan oleh akun yang menyebut dirinya Gibran @GibranRakabumi, memicu badai kontroversi karena diinterpretasikan oleh masyarakat sebagai sindiran terselubung terhadap Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Cuitan tersebut berbunyi, “Cara menaklukkan anjing adalah dengan memberinya tulang. Ahai!” Apalagi cuitan ini dilontarkan bersamaan dengan momen penunjukan AHY sebagai menteri. Dus, mau tak mau kicauan ini mengarahkan apresiasi banyak orang untuk menyambungkan kedua peristiwa yang terjadi tersebut.
AHY, yang notabene menjabat sebagai Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat, dikenal karena kritik-kritikya yang pedas terhadap pemerintahan Jokowi. Sebelumnya cukup sering AHY mengkritik kebijakan dan keputusan yang telah dilakukan oleh pemerintahan Presiden Jokowi selama ini. Alhasil penerimaannya terhadap posisi menteri dalam pemerintahan Presiden Jokowi saat ini menandakan pergeseran signifikan dalam lanskap politik mereka. Masuknya AHY ke dalam kabinet meskipun singkat tersebut bisa diartikan bahwa Partai Demokrat sekarang telah benar-benar berubah haluan menjadi bagian dari koalisi pemerintahan dan sepenuhnya memberikan dukungannya kepada agenda Jokowi.
Penggunaan istilah “Ahai” dalam cuitan Gibran dipahami oleh masyarakat sebagai permainan kata yang cukup vulgar. Pasalnya istilah ini terasa sangat dekat terhadap inisial AHY. Hanya seperti plesetan tipis, yang dengan gampang bisa diapresiasikan khalayak sebagai target yang sangat berhubungan. Tak heran jika ungkapan ini dianggap permainan plesetan kata yang ibarat bensin menambah bahan bakar untuk menjadi kontroversi. Dan ternyata benar, segera banyak orang yang menginterpretasinya sebagai sindiran atau satire yang bahkan sarkas terhadap keputusan AHY untuk bergabung dengan pemerintahan yang sebelumnya sangat dia kritisi dan lawan.
Tangkapan Layar Cuitan Gibran
Tangkapan Layar Cuitan Gibran
Ibarat bensin tersulut api, cuitan tersebut dengan cepat menjadi viral, memicu ejekan, olok-olok, cibiran maupun debat sengit di platform media sosial. Sementara beberapa membela Gibran, dengan mengklaim bahwa cuitannya hanya sebuah pengamatan hal receh yang lucu, sementara yang lain mengutuknya sebagai sesuatu yang tidak pantas dan tidak layak dilontarkan oleh seseorang apalagi mengatasnamakan Gibran dalam posisinya yang sekarang ini.
Terlepas dari interpretasi beragam dari khalayak maupun warganet yang berisik saat ini, insiden ini setidaknya menyodorkan gambaran kompleksitas politik Indonesia dan kekuatan media sosial dalam membentuk wacana publik. Semestinya hal ini menjadi pengingat bahwa bahkan pernyataan yang tampaknya tidak berbahaya dapat membawa bobot yang signifikan di era aktivisme online dan polarisasi politik yang ada.
Ketika AHY saat ini tengah menyesuaikan diri dengan peran barunya sebagai menteri, maka masih harus dilihat bagaimana keputusannya tersebut akan memengaruhi Partai Demokrat dan lanskap politik yang lebih luas. Sementara itu, cuitan Gibran menjadi pengingat dan pelajaran berharga yang pantas diperhatikan tentang dinamika rumit yang terjadi dalam politik Indonesia, di mana aliansi dapat berubah dan lawan dapat menjadi sekutu dalam sekejap mata. Oposisi bisa jadi gampang berubah karena kekuatan daya pikat sebuah posisi. Tabik.