Anies vs Andhika: Perang Tingkat Dewa

(Dr. Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle)

Mantan Panglima TNI Andika Perkasa telah menghiasi berbagai media utama dengan judul kesiapannya menjadi calon gubernur Jakarta. Bersamaan dengan itu, Andika menjadi bintang dalam rakernas PDI-P yang diadakan di Ancol 24-26 Mei ini. Tentu saja berita ini menjadikan sejarah baru di Indonesia, mantan jenderal bintang 4 siap tarung di Pilgub Jakarta.

Sebelumnya, hanya eks jenderal TNI bintang dua, eks jenderal polisi bintang tiga dan Mayor TNI yang berkompetisi. Semua orang berpikir tentu terjadi degradasi pada simbol ke jenderalan. Namun, sesungguhnya menjadi Gubernur Jakarta tidaklah kalah seksi dibandingkan menteri dan jenderal sekalipun. Sebab, menjadi gubernur Jakarta merupakan kesempatan seseorang memenej kota skala besar dan kompleks, yang menjadi arena level kedua di bawah kepemimpinan dalam skala nasional (pilpres).

Di sisi lain, calon presiden RI eks 01, Anies Baswedan juga menyatakan kesiapannya untuk kembali berkompetisi pilgub menjadi gubernur Jakarta. Anies yang mempunyai pengalaman sebagai Menteri Pendidikan dan Gubernur DKI Jakarta, tentunya merupakan “kelas dewa”, sebanding dengan Jenderal Andika. Apakah Anies juga mengalami degradasi? Sebagaimana ejekan beberapa pihak bahwa Anies jangan turun kelas dari Capres menjadi Cagub?

Jika kita melihat Jakarta sebagai daerah yang “available” untuk Anies menyalurkan pengabdiannya, dan Anies baru satu periode pengabdian, maka wajar dan tepat bagi Anies bertarung kembali di pilgub Jakarta tersebut. Tidak ada istilah turun kelas.

Perang Tingkat Dewa

Kehadiran Anies dan Andika dalam wacana calon gubernur Jakarta merupakan karunia Allah yang paling mulia di muka bumi kita saat ini. Mengapa? Karena kedua manusia tersebut adalah manusia emas yang dimiliki bangsa kita. Dan masih muda.

Anies dan Andika menghabiskan otaknya menempuh ilmu di Amerika sampai jenjang tertinggi, doktor. Keduanya alumni dari universitas bergengsi di Amerika. Hal ini menunjukkan bangsa kita mempunyai stock pemimpin yang membanggakan. Sementara selama ini kita pesimis seolah-olah sekolah/ijazah calon pemimpin tidak jelas asal usulnya.

Andika dalam perjalanan karirnya berhasil mengembangkan kerjasama latihan militer dengan Amerika dan 12 negara lainnya. Pada tahun 2022 sekitar 4000 tentara Amerika, Indonesia, Singapore, Australia, dll. menggunakan wilayah Indonesia untuk latihan perang. Sebelumnya, ketika kepala staf AD, Andika mengirimkan tentara kita latihan langsung di pusat latihan militer Amerika di Hawai. Ini adalah keberhasilan pertama seorang pimpinan TNI yang perlu diapresiasi, sebagaimana diceritakan seorang mantan panglima TNI kepada saya.

Tentu saja kecerdasan Andika di atas rerata manusia cerdas kita. Sebab, membangun kerjasama militer dengan negara-negara maju, dalam posisi yang tidak menunduk dan membudak, hanya bisa dilakukan manusia cerdas dan berintegritas.

Kembali ke Anies Baswedan tentu semua tahu bahwa Anies diperkirakan akan masuk putaran kedua pilpres 2024 jika tidak ada kecurangan TSM. Reputasi Anies, khususnya dalam dunia pendidikan dan pemikiran sudah menjadi sesuatu yang tersohor. Anies telah memberikan pidato di berbagai kampus besar dunia. Di Oxford University, tempat eks Presiden Amerika, Bill Clinton, sekolah, Anies memberikan pidato tentang masalah global, pada tahun 2023.

Dia juga memberikan pidato di Lee Kuan Yew Institute of Public Policy di National University of Singapore 12 tahun lalu bersama berbagai Professor kelas dunia. Sepuluh tahun lalu dia diundang Stanford University untuk berbicara. Dan tentu berbagai kampus-kampus lainnya di dunia. Prestasi seperti ini sulit dicapai oleh rerata manusia Indonesia. Mungkin cuma Professor Habibie yang mampu mengimbangi Anies dalam dunia ilmu pengetahuan.

Yang terhebat lagi dari eksperimen Anies adalah membangun Indonesia Mengajar. Program ini adalah genuine untuk membuat pendidikan murah di Indonesia, disamping pemerataan kualitas pendidikan.

Dari sosok dan reputasi kedua orang ini tentu saja dapat disebut pertarungan “tingkat dewa”, yakni manusia super lawan manusia super juga. Namun, sebuah tambahan penting adalah etika. Kenapa etika?

Andika telah menunjukkan tingkat etika yang tinggi ketika mengambil peran dan posisi yang pas dan terukur sesuai dengan hirarkis pada saat menjadi wakil ketua timses Ganjar #03. Dia tidak “post power syndrom” seperti kebanyakan pensiunan jenderal. Bahkan, saat itu ketua timnya masih jauh dari segi reputasi dan kapasitasnya.

Pada saat Hendropriyono, mertuanya, membangun hubungan politik intens dengan presiden terpilih, Prabowo Subianto, Andika menunjukkan konsistensi pilihan politik bersama Megawati Sukarnoputri. Ini adalah sikap tidak mendua, meskipun dia punya peluang menjadi bagian kekuasaan Prabowo ke depan. Bahkan, ketika isunya Megawati akan membangun kekuatan “oposisi” bersama kalangan masyarakat sipil, di luar pemerintah Prabowo kelak.

Anies dan Andika yang berprinsip etika seorang pemimpin sebagai prinsip, membuat keduanya memiliki semangat mengedepankan sikap satria. Kecerdasan mereka dan sikap satrianya itulah yang benar-benar membuat pertarungan mereka ke depan akan berlangsung secara jujur dan adil.

Tentu saja tingkat kepastian kajian di atas ini masih menunggu waktunya. PDI-P dan PKS, yang masing-masing sudah menyuarakan mendukung masing-masing Andika dan Anies Baswedan masih belum bersifat final. Belum lagi diperlukan koalisi partai pengusung untuk memenuhi syarat 20% suara.

Namun, jika keduanya maju dan bertarung, diharapkan politik kekuasaan ke depan dihuni oleh pemimpin sejati kita. Pemimpin waras, anak sekolahan dan ijazah asli.