All Eyes on Papua | IST
All Eyes on Papua | IST
JAKARTASATU.COM – Membuntuti viralnya seruan “All Eyes on Rafah” yang viral beberapa waktu lalu, kini muncul lagi seruan “All Eyes on Papua” yang juga beranjak viral di berbagai platform sosial media. Ada apa dengan Papua?
Ternyata, saat ini di Boven Digul Papua, hutan seluas 36 ribu hektar, atau lebih dari separuh luas Jakarta, akan dibabat dan dibangun perkebunan sawit oleh PT Indo Asiana Lestari.
Dus, masyarakat adat Marga Woro dan Suku Awyu melakukan penolakan. Pasalnya hutan adat tempat mereka hidup turun temurun, akan hilang. Pun dengan sumber penghidupan, pangan, budaya, dan sumber air untuk kebutuhan hidup sehari-hari mereka.
Karena itu, didampingi oleh Koalisi Selamatkan Hutan Adat Papua, Marga Woro dan Suku Awyu menggugat izin lingkungan kebun sawit PT Indo Asiana Lestari.
“Tentu nggak mudah. Masyarakat adat melawan perusahaan. Mereka nggak punya dana atau sumber daya seperti perusahaan besar. Tapi itu satu-satu cara untuk mempertahankan tanah dan budaya mereka,” ujar aktivis dari Yayasan Pusaka Bentala Rakyat
“Saya bertemu Kak Hendrikus ‘Franky’ Woro, pemimpin Marga Woro–bagian dari Suku Awyu. Ia cerita gimana mereka perjuangkan tanah mereka yang dirampas. Mereka harus menempuh jarak jauh, rumit dan mahal ke pengadilan di Jayapura, Ibukota Provinsi Papua,” kisahnya.
Dari rumahnya, mereka naik motor, melalui tanah merah. Lebih berbahaya karena dilalui truk pengangkut kayu besar. Kemudian dilanjutkan naik perahu, lalu naik mobil ke ibukota Boven Digul, dan naik pesawat ke Jayapura untuk menghadiri sidang. Total menghabiskan 7 jam dan uang 10 juta satu kali perjalanan, untuk 1 orang aja.
Sayangnya, setelah melalui proses yang melelahkan dan mahal tersebut, mereka kalah gugatan di pengadilan. Tak mau menyerah begitu saja untuk memperjuangkan kehidupan mereka, saat ini, prosesnya pun dibawa ke Mahkamah Agung. Ini adalah harapan terakhir buat mereka.
Mereka meminta Mahkamah Agung untuk mencabut izin lingkungan PT Indo Asiana Lestari, yang dikeluarkan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terbuka Satu Pintu Provinsi Papua. Selain berpotensi menghilangkan hutan alam, proyek perkebunan sawit ini, juga hasilkan emisi 25 juta ton CO2. Jumlah emisi ini sama dengan menyumbang 5% dari tingkat emisi karbon tahun 2030. Dampaknya nggak cuma ke warga Papua, tapi juga buat kita dan seluruh dunia.
“Kalau separuh wilayah Jakarta diratakan, kemudian dibangun perkebunan sawit, pasti langsung jadi berita dan banyak orang menentang. Warga Jakarta pasti menolak pergi. Tapi, kalau terjadi di wilayah timur Indonesia, apakah orang-orang akan peduli?” keluh mereka sedih.
Semoga saja viralnya seruan “All Eyes on Papua” mampu membantu mereka menyelamatkan tanah leluhur dan kehidupan mereka. Masyarakat juga bisa membantu perjuangan mereka dengan dengan menandatangani petisi pada di Link berikut https://chng.it/m7Tts6BM79 dan https://chng.it/SDjNqDQFcn | WAW-JAKSAT