Hari ini kita peringati Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Jadi yang pada ngumpul rapat pemuda-mahasiswa di jalan Kramat Raya 108 ,Jakarta-Pusat waktu itu, rata-rata umurnya masih sekitaran 22-23 tahun. Mohammad Yamin waktu itu 24 tahun, tapi sudah lulus Sekolah Tinggi Hukum, boleh dibilang sudah termasuk senior alias sesepuh di kalangan pemuda-mahasiswa.
Sedangkan Bung Karno, salah satu mentor mereka-mereka, baru 27 tahun, tapi sudah merasa malu hati ikutan adik-adiknya yang lima tahunan lebih muda. Jadi mending ngasih arahan dan masukan dari kota Bandung. Padahal untuk ukuran sekarang, umur 27 tahun pun masih sangat-sangat muda.
Tapi umur-umur segitu yang pas lagi muda-mudanya, telah menjadi anak-anak muda yang justru meletakkan batu pertama berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), 15 tahun kemudian. Bahkan, 75 persen yang hadir dalam Rapat Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) ya yang ikutan dalam Kongres Pemuda I dan II tersebut.
Sekarang, para ,mahasiswa untuk menyatukan visi-misi BEM seluruh Indonesia saja susahnya minta ampun. Bedanya dulu ama sakerang, sederhana aja sih. Dulu itu, gak ada yang namanya kepentingan kalau gabung dalam pergerkaan kemerdekaan nasional. Jadi, ketika para pemuda-mahasiswa yang aneka ragam ideologi dan kerangka pemikiran, secara politik mudah untuk dicarikan titik-temunya. Karena nggak ada aroma kepentingan.
Karena semua elemen pergerakan pemuda-mahasiswa bertumpu pada visi-misi dan strategi, maka ketika terjadi perbedaan pandangan dan paham politik, tetap saja jiwanya bersih dan tulus. Cara pandang dan moralitas kebangsaannya tetap saja sama. Sama-sama sepakat bahwa kita di hidup di alam penjajahan asing. Sama-sama sepakat bahwa kita kita hidup dalam sebuah sistem, dimana diri kita sebagai entitas kebangsaan, sebenarnya berada di luar pemetaan sosial-politik dan sosial-budaya negara penjajah. Sehingga solusinya, kita semua harus merdeka. Sama-sama sepakat, bahwa semua daerah yang dikuasai dan dijajah Belanda, harus menjalin suatu kerjasama strategis mengusir Belanda sebagai penjajah. Atau setidaknya, menyatakan dan menegaskan diri adanya sebuah ikatan bersama yang bersifat langgeng, dari semua daerah-daerah yang berada dalam jajahan Belanda.
Sama-msa sepakat, bahwa semua wilayah geografis yang berada dalam penjajahan dan kontrol penjajah, Belanda berarti masyarakatnya punya satu derita yang sama, dan sama-sama jadi warga negara jajahan.
Alhasil, solusinya adalah SUMPAH PEMUDA 28 Oktober 1928. Soal bagaimana negara dan bangsa Indonesia dibangun atas dasar bentuk yang seperti apa, nah di situ memang terjadi perbedaan pandangan yang cukup sengit. Namun itu soal berikutnya. Yang nyatanya toh juga tercapai kesepakatan, menyusul diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. | Hendrajit New |FB