Esai Dalam Kotak Alfabet

Oleh: Taufan S. Chandranegara, praktitisi seni, penulis

Kalau taksonomi mendadak absurd dari katagori alfabetis maka terduga keilmuan pun akan ngeles ke sisi berbeda. Loh kenapa bisa begitu. Bisa. Apabila kendali tertentu menghendaki demikian. Wow! Artinya kekuasaan kuasa usaha, boleh berkehendak sesuka hati tanpa peduli tematik tengah berlangsung di tengah publik. Nah, itu kalau balelo.

Wah! Kok jadi saling silang begitu sih. Cara pandang berpikir kan tak serupa lampu merah di perempatan jalan kadang stabil kadang mati tergantung waktu jatuh tempo bulanannya. Widih kejauhan kalau ke sana. Menyoal kebijakan tumpang tindih wayoo! Hal biasa serupa tapi tak sama. Sana pinter sini cerdas, tarik ulur mirip main layangan lah hai.

Hahaha. Ssst! Senyum saja jangan ngakak begitu bisa gawat seratus watt. Kesetrum makin gawat. Apa lagi kalau nyenggol adendum ketentuan gono gini ehem gubrak. Cekikikan aja yuk! Juga enggak boleh kuy. Hati-hati banyak mata di dunia maya. Hah! Mata siapa? Ya mata masing-masing pembuat artikel lah. Ooo! Halah! Kirain mataku matamu mata-mata.

Ssst! Sunyi saja. Sekalipun kebijakan sayur lodeh melenceng rasa sayur asem pedas manis. Makan saja ya. Nah itu lebih baik. Artinya hidup rame-rame mati pun rame-rame. Ogah. Sudahlah jalani saja hidup ini seperti pesan lagu pop. Lebih bijaksana begitu kan. Sekalipun harga pangan naik turun misalnya. Tapi bensin stabil kan. Semoga paham.

Komunikasi simpang siur laiknya daur ulang peristiwa rekayasa versus kemungkinan dugaan-dugaan. Lantas kasus sas sis sus berubah rupa menjadi usus buntu. Penyebab salah satu sembelit itu pun baru salah satu cerminan dugaan-dugaan baik secara pasal ini junto pasal itu maka absurditas semakin tinggi ngawang di angkasa.

Ramailah berebutan tempat komunikasi tersahih agar gosip ini itu sampai kepada tujuan maklumatnya. Nah, tinggal menanti siapa akan maju jadi pahlawan kesiangan seolah-olah serupa namun tak sama. Widih, makin simpang siur makin seru. Maka kemenangan medali diraih oleh isu-isu terkini, terkeren, terpopuler, terpuncak, ter-viral-kan.

Seru menyeru sekalipun berakibat menjadi abu. Bodok amat. Terpenting terjadi peralihan komunikasi arus utama menjadi komersialisasi komunikasi antar media. Apapun itu sila mencerna lewat penalaran sebagaiman mestinya, dari ketinggian manapun sila pilih sesuka hati. Apabila etape kemenangan sudah di tangani isu-isu komunikasi di antaranya.

Obat pembasmi serangga anonim tergantung kecanggihan tolok ukur penalaran penelitiannya. Total laboratorium atau sekadar penilik saja di antara obral besar kabar berita. Ramailah situs semesta sekalipun di antara angin lesus mendung hitam halilintar toh badai pasti berlalu. Biarin aja deh nanti juga mati sendiri kalau bahan bakarnya habis.

Hiks! Kritik tampaknya lebih baik menjadi adonan tempe goreng atau tahu capur telur masuk kulkas digoreng dalam keadaan beku maka lintasan kolesterol akan menyasar sesuka pemilik selera. Belum tahu sekalipun telah tersedia stock perkalori masih harus diteliti kebenaran manfaatnya. Berguna ataupun tidak. Teliti saja dulu sebelum membeli.

Prosedur berdasarkan kebutuhan pesanan tubuh. Mau dibawa kemana sih oleh pemesannya nasi goreng seefood itu. Keperut sendiri atau ke perut demos kratos. Nah.

***

Jakartasatu Indonesia, Agustus 06, 2024.

Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.