Foto: Faizal Assegaf (kritikus)/tangkapan layar

JAKARTASATU.COM– Kritikus sekaligus Ketum Partai Negoro, Faizal Assegaf menyoroti adanya kesan penjegalan yang dilakukan berbagai pihak terhadap Anies Rasyid Baswedan untuk Pilgub DKI Jakara. Pertama-tama, ia menyinggung soal Anies adalah produk rakyat. Bukan produk partai politik.

“Kalau bicara Anies, berarti bicara tentang produk. Apakah dia produk partai atau produk rakyat? Fakta menunjukkan bahwa Anies produk kecintaan dan partisipasi rakyat. Dan pada hari ini dia berada di posisi independent. Dia bukan orang partai politik,” kata Faizal, di podcast-nya Bambang Widjojanto, baru-baru ini.

Faizal mengingatkan agar sebagai produk rakyat, jangan disakiti. “Karena dia produk rakyat dalam ruang partisipasi, ruang demokrasi, maka ketika produk itu disakiti, produk itu dihancurkan, produk itu dijegal, maka mereka yang berpartisipasi terhadap produk (Anies) ini akan marah,” Faizal mengingatkan.

“Maka bisa dikalkulasi, kalau semangat Jokowi bisa menjegal Anies Baswedan, itu memang watak bawaan Jokowi, yang berjalan hampir sejak 2017. Tapi kalau Prabowo digiring dengan Gerindra untuk mengonsolidasikan semua partai menjegal Pak Anies, ini langkah bahaya. Merugikan Prabowo Subianto,” peringatannya kembali.

Menurut Faizal, itu akan berdampak pada lebih 50 juta rakyat pemilih Prabowo—akan marah. Tidak respek dengan pemerintahan baru, karena rakyat ragu. Ragu dengan ucapan Prabowo yang berjanji akan membawa reprinsip rekonsiliasi.

“Ia akan menjamin demokratisasi. Ia akan menjamin kebangkitan persaudaraan-persaudaraan. Tapi faktanya kan tidak,” kata Faizal lagi.

“Karena dia bukan menyakiti Anies—Anies akan menjadi parameter publik pendukung perubahan akan berkesimpulan ‘Orang yang baik dengan potensi yang baik seperti Pak Anies saja Anda hancurkan’. Bagaimana rakyat yang lebih lemah, yang hanya punya modal surat suara perubahan?” imbuhnya.

Faizal melihat, bahwa rakyat menyaksikan penjegalan terhadap Anies Baswedan ini membangkitkan memori di kalangan aktivis yang mengkaji serius teroritorial dan demokrasi, seperti bayangan kebangkitan Timor Leste. Dimana kematian demokrasi itu menjadi pintu masuk bagi lahirnya militerism.

“Dictator the new orde baru yang hari ini ramai diperbincangkan. Tapi saya masih melihat, syukur-syukur Prabowo tidak terjebak. Karena kalau Prabowo terjebak dalam retori konsolidasi partai-partai yang mirip premanisme politik yang pernah dipertunjukkan oleh Jokowi maka Prabowo akan kehilangan dukungan,” kata dia.

“Semangat dia untuk membangun Indonesia dengan persatuan, membangun kekuatan kebhinekaan, itu akan berubah menjadi mesin neo orde baru. Dan ini sementara ditunggu oleh Jokowi dan oligarki,” katanya lagi.

Faizal kembali mengingatkan, bahwa semua orang melihat Jakarta ini sebagai parameter pilkada nasional. Kalau pilkada nasional diintervensi dan dibiarkan, menurut dia, maka berarti pesan kuat di sana akan lahir kekuatan konsolidasi kekuasaan otoriter.

“Ini yang paling efektif untuk melindungi Jokowi. Digiring oleh Jokowi di mana Prabowo akan kehilangan visi, kehilangan tujuan. Maka dapat dipastikan kegagalan Anies masuk di gelanggang pilkada ini adalah kegagalan ruang konsoliasi, ruang persatuan nasional, maka potensi perubahan akan berada jauh dari kekuasaan dan akan mengalami benturan,” tandasnya. (RIS)