Menguji Mutiara Mengapa Tidak Tempuh Jalur Independen Terbebas Dari Partai?
Yossie Baharudin
Jurnalis
Mutiara itu berkilau, di tempatkan di manapun tidak akan berubah nama dan harganya. Tetap mutiara.
Mutiara tentunya hanya dimiliki oleh “kelas” tertentu. Penyimpanannya pun dengan hati-hati mengingat barang mahal, punya daya jual tentunya bisa dicuri mengingat punya daya beli dan daya jual yang tinggi.
Begitu juga tokoh-tokoh yang pantas untuk mentas di arena Pilgub 2024. Begitu belibet, zig-zag pengusungan tokoh-tokoh oleh partai-partai, mengalami banyak ragam perubahan. Ada yang sudah diusung partai A lalu partai B minat maka akhirnya berpindah dengan mudah prosesnya. Ada juga yang mengundurkan diri atau membatalkan diri.
Ada tokoh yang nampak miris “dibolain”, dibatalkan, dilempar ke sana sini, meski menurut pandangan masyarakat ia adalah mutiara dan seabreg pujian, hingga tak terhindarkan orientasi kultus individu.
Semestinya ada dua hal yang bisa ditempuh sang tokoh mutiara berkilau yang katanya victim politik kekuasaan yaitu: Satu, berdiri bersama rakyat dan mahasiswa menyuarakan, meneriakkan akan keadilan, kesejahteraan, kesetaraan hidup di dalam berbangsa dan bernegara. itu jauh lebih mulia ketimbang bikin ormas atau partai sebagai kendaraan politik. Ini terhindar dari tuduhan haus kekuasaan.
Yang kedua, jalur independen yang tidak perlu berurusan dengan partai sebagaimana sudah ada dilakukan oleh pasangan calon pentas pilgub melalui jalur independen. Anda di jalur ini haqul yakin masyarakat akan berbondong-bondong “memburu”nya.