Buruk Karakter Masa Silam, Jejak Digital Disangkal
Oleh: WA Wicaksono, Storyteller, Analis Pencitraan dan Iklan
Tentu saja sebagai warganet di era serba digital, kita semua menyadari adanya satu hal yang pasti: jejak digital itu abadi. Lihat saja cerita tentang kiprah seorang publik figure karbitan yang baru-baru ini viral menjadi topik panas karena kebodohannya sendiri di masa silam. Sebut saja sebagai sebuah kecelakaan digital yang berujung pada blunder besar dan fatal. Ya, inilah kisah tentang seorang public figur, sebut saja namanya “Bung FufuFafa”, yang kini sibuk mengingkari dan menghapus rekam jejaknya di dunia maya, setelah serangkaian postingan kaskus, twitter/x, dan postingan sosial media lamanya bocor ke khalayak dan mencuat di permukaan.
Dulu, Bung FufuFafa gemar menyebarkan hot take—sebagai manusia social media garis keras yang sering nimbrung melancarkan serangan sarkastis nan sinis kepada lawan-lawan politiknya tanpa ampun. Beberapa tahun lalu, dia bahkan dengan penuh percaya diri menulis olok-olok,sindiran, kritik dan kecaman sadis kepada lawan politik orang tuanya. Lawan politik tersebut disebut sebagai simbol dari bobroknya moralitas publik. Sampai-sampai kira-kira Lebih baik berkolaborasi dengan alien ketimbang bekerja sama dengan orang semacam dia.
Ironisnya, Bung FufuFafa kini justru sedang asyik berkolaborasi dengan sang lawan politik yang dicercanya habis-habisan tersebut. Apalagi kolaborasi itu pula yang ternyata membuatnya sukses melesat ke panggung kekuasaan. Alamak. Memang begitukah dunia politik? Penuh dengan tikungan tajam dan ketidakpastian. Atau dalam bahasa yang lebih popular biasa disebut politik itu licin!
Akhirnya, dalam upaya mengamankan citra diri yang terancam postingan sosmed tersebut, Bung FufuFafa rupanya mencoba bermain ‘bersih’. Segala upaya dikerahkan untuk menghapus postingan kaskus, cuitan-cuitan, vlog, dan pernyataan yang pernah dilontarkan. Namun sialnya, internet tidak pernah lupa.
“Kalau sudah online, maka selamanya online,” begitu kira-kira ang pernah dikatakan pakar digital, Budi Arsyad. “Sekali konten terunggah, kita tidak tahu siapa yang sudah menyimpannya di perangkat mereka, siapa yang sudah screenshot, atau siapa yang sudah mengunduhnya.”
Bahkan karena kalang kabut saking paniknya, Bung FufuFafa diduga melibatkan beberapa pejabat negara yang dengan tergopoh-gopoh membantu upaya bersih-bersih digital tersebut. Salah satu warganet anonim menyebutkan, “Ini bukan lagi sekadar kontrol citra pribadi, tapi sudah melibatkan pejabat yang menjilat kekuasaan orang tua FufuFafa.” Rasanya seperti menonton drama komedi politik—campuran antara satir dan tragedi, dimana kekuatan besar digunakan untuk menyembunyikan kebodohan kecil.
Melihat tingkah Bung FufuFafa ini, kita mungkin teringat pada kutipan lawas dari Eric Schmidt, mantan CEO Google: “If you have something that you don’t want anyone to know, maybe you shouldn’t be doing it in the first place,” yang kira-kira begini terjemahan bebasnya: jika jejak digital yang dihasilkan benar-benar buruk, mungkin seharusnya tindakan itu tidak dilakukan sejak awal. Tapi, siapa yang peduli di era kolaborasi pragmatis ini, bukan? Semua bisa dimaafkan asalkan ada keuntungan yang menggiurkan di ujung perjalanan.
Ini menjadi pelajaran yang menyentil bagi kita semua. Jejak digital bukan sekadar catatan virtual. Bagi generasi digital, setiap postingan kaskus, cuitan, unggahan, dan konten online lainnya, adalah bagian dari reputasi yang tidak bisa dibersihkan dengan hanya menekan tombol delete.
Persis seperti pesan bijak dari seorang pakar lainnya, Dita Kurnia: “Digital footprint is the new DNA, it’s how history remembers you.”
Dan bagi Bung FufuFafa, perjalanan menghapus jejak kelamnya barangkali akan terus membayangi langkahnya. Tapi hei, di dunia politik, apapun bisa terjadi, bahkan ketika musuh bebuyutan menjadi sekutu erat.
Tinggal kita tunggu, siapa lagi yang akan mencoba membersihkan jejak digitalnya berikutnya? Mungkin saja itu orang yang saat ini sedang kita puja-puja di linimasa media sosial. Siapa tahu? Tabik.
JAKARTASATU.COM- Ketua Majelis Ulama Indonesia Pusat (MUI Pusat) KH Cholil Nafis mengunggah Keputusan Ijtimak Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Kepala...
Prabowo Usul Kepala Daerah Dipilih Oleh DPRD, Ini Reaksi Pengamat dan Partai
JAKARTASATU.COM-- Presiden Prabowo Subianto menyampaikan wacana Kepala Daerah kembali dipilih oleh DPRD dengan...
JAKARTASATU.COM- Ketum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Anas Urbaningrum ikut bersuara soal wacana pemilihan kepala daerah (kada) oleh DPRD. Menurutnya perlu pertimbangan matang. Jangan langsung...
JAKARTASATU.COM- Pemerhati sekaligus Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengingatkan semua pihak bahwa perubahan sistem pemilihan kepala daerah dan wakil kepala...
JAKARTASATU.COM - Dalam menghadapi tantangan era digital, Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI terus mendorong mahasiswa untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan digitalisasi. Salah...