Foto: Dino Patti Djalal/tangkapan layar

JAKARTASATU.COM– Jawaban Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat Jokowi tanya tips mengakhiri jabatan hasil imajinasi mantan Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal ada lima poin.

Berikut lima poin itu, yang dibagikan Dino lewat akun X-nya, Rabu (25/9/2024):

Satu. Terimalah kenyataan bahwa era kita sudah berakhir dan terimalah kenyataan ini dengan bulat, dengan iklas, dan dengan bersyukur bahwa kita telah memberikan upaya yang terbaik. Dan ingat legacy kita tidak boleh ditentukan oleh survei sesaat. Biarlah rakyat dan sejarah yang menilai kita.

Post power syndrome pasti akan ada. Karena ini terjadi pada semua pemimpin yang turun. Tapi itu tidak boleh menggerogoti kita.

Dua. Jangan mengambil keputusan strategis apa pun, baik di bidang persone pemerintahan maupun kebijakan.

Sewaktu SBY masuk menjadi presiden tahun 2004 misalnya, SBY tidak menjalankan keputusan pengangkatan Panglima TNI yang dilakukan oleh presiden sebelumnya hanya beberapa bulan sebelum masa jabatannya berakhir.

Ingatlah bahwa presiden terpilih itu mempunyai mandatnya sendiri. Bahkan mandat yang sangat masif sebagai pemimpin yang mengantongi suara yang paling banyak dalam pemilu di seluruh dunia.

Sebagai pemimpin, presiden terpilih Prabowo nanti pasti mempunyai agenda sendiri, preferensi sendiri, pilihan sendiri.

Kita tidak boleh mengatur-atur atau mengutak-atik, atau mempengaruhi opsi-opsi kebijakannya. Let him decide. It’s president Prabowo’s time now.

Tiga. Kita tidak boleh memosisikan diri sebagai patron terhadap presiden pengganti kita.

Sepanjang sejarah republik Indonesia dari tujuh presiden yang ada, tidak pernah ada satu pun presiden yang dipatroni oleh presiden sebelumnya. Presiden Soeharto tidak pernah dipatroni oleh presiden Sukarno.

Presiden Habibie yang notabene merupakan anak emas dari presiden Soeharto dulu, tidak pernah menempatkan posisinya untuk dipatroni oleh presiden Soeharto. Begitu juga presiden Abdurrahman Wahid, preside Megawati Soekarnoputri, presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mereka tidak ada yang menempatkan diri untuk dipatroni presiden-presiden sebelumnya. Dan saya yakin juga presiden Jokowi tentu tidak mau dipatroni oleh presiden sebelumnya atau presiden sebelum-sebelumnya.

Empat. Sebagai pemimpin tertinggi, idealnya kita masuk dengan baik, keluar dengan baik. Kita masuk dengan cemerlang, keluar dengan cemerlang. Kita masuk dengan terhormat, keluar dengan terhormat. Ukuran sukses kita adalah ini.

Kita harus bisa mewariskan Indonesia dalam kondisi yang lebih baik kepada presiden pengganti kita. Dan jujurnya, tidak semua presiden dalam sejarah Indonesia berhasil melakukan hal ini.

Kelima. Sehebat apa pun kita, sebesar apa pun kekuasaan kita, kita tidak lebih besar dari Indonesia. Indonesia itu jauh, jauh lebih besar dari kita. Siapa pun yang melupakan ini, akan diperingatkan oleh sejarah.

Presiden Sukarno yang pernah menjadi presiden seumur hidup dijeg oleh sejarah. Presiden Soeharto yang berkuasa terlalu lama akhirnya ditegur oleh sejarah. Presiden Abdurrahman Wahid yang ingin membubarkan DPR, juga dijatuhkan oleh sejarah.

“Demikian butir imajinasi saya mengenai apa yang mungkin disampaikan presiden SBY kepada presiden Jokowi mengenai cara mengakhiri jabatan,” tandas Dino. (RIS)