Sketsa IKN | ikn.go.id
Sketsa IKN | ikn.go.id

EDITORIAL JAKARTASATU.COM: JAKARTA..JAKARTA…JAKARTA TETAP CATAT.. IBUKOTA LOH

JAKARTA…. Jakarta…Jakarta…sampai tiga kali dikatakannya, artinya tak main-main loh…dan jika ada yang mau pindahin tapi jadi…tak apa-apa asal jelas konsep dan kekuatannya. Kalau hanya berpikir soal proyek ya ini aneh.

Tapi kalau kita lihat Jakarta yang memiliki sejarah panjang harusnya tak asal mau pindahkan. Sejak zaman kerajaan, Jakarta adalah tanah muara ini sudah ramai digunakan sebagai pelabuhan utama dan tempat pertemuan beragam budaya.

Kalau bicara Jakarta memang bermula dari pelabuhan kecil di estuari sungai Ciliwung sekitar 500 tahun yang lalu. Lambat laun, pelabuhan kecil ini bertransformasi menjadi pusat perdagangan internasional yang mempertemukan ragam bangsa di dunia. Rekam jejak Jakarta bisa ditemukan melalui beberapa prasasti yang ditemukan di sekitar pelabuhan dan sepanjang sungai Ciliwung.

Sejarah tentang Jakarta tercatat oleh para pengembara Eropa di abad ke-16. Kala itu, Jakarta marak disebut sebagai Kalapa, yang merupakan pelabuhan utama kerajaan Sunda. Pelabuhan yang turut menjadi pusat perniagaan Portugis kala itu diserang oleh Pangeran Fatahillah pada 22 Juni 1527. Sejak itu, Pangeran Fatahillah mengganti nama Sunda Kalapa menjadi Jayakarta. Tanggal penyerangan itu hingga kini diperingati sebagai HUT Kota Jakarta.

Kemudian pada abad ke-16, VOC Belanda tiba dan mengambil alih kekuasaan atas Jayakarta dan mengganti namanya menjadi Batavia, yang diambil dari nenek moyang bansa Belanda, Batavieren. Kondisi geografis Batavia serupa dengan negara Belanda, sehingga pemerintah kolonial Belanda membangun kota dengan kanal untuk melindungi Batavia dari ancaman banjir seperti di Belanda. Pemerintah kolonial Belanda selanjutnya mendirikan pusat pemerintahan, dan memindahkannya ke daratan yang lebih tinggi dengan nama Weltevreden.

Batavia mulai menjadi pusat pergerakan nasional di awal abad ke-20 yang ditandai dengan Kongres Pemuda Kedua di tahun 1928. Sejak pendudukan Jepang di Indonesia akibat perang Dunia ke-II pada tahun 1942-1945, Batavia berganti nama menjadi Jakarta, atau Jakarta Tokubetsu Shi.

Sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, Jakarta menjadi pusat kegiatan politik dan pemerintahan pada masa awal kemerdekaan. Kemudian secara resmi pada tahun 1966 Jakarta menjadi Ibu Kota Negara. Sebagai Ibu Kota Negara, Jakarta berkembang pesat dengan dibangunnya lokasi bisnis, akomodasi, hingga kedutaan besar bagi negara sahabat.

Jakarta terus berkembang menjadi megapolitan dan menjadi salah satu yang terbesar di dunia di abad ke-21 ini. Kehidupan perkotaan yang semarak dengan berbagai keragaman, warisan budaya, hingga destinasi kelas dunia kini berkumpul dan bisa ditemukan di Jakarta. (jakarta.go.id).

Betapa indahnya perjalanan itu dan aneh banget kalau ada yang megatakan bahwa  terlalu bau zaman kolonial gedung-gedungnya. Lalu apa konsep yang pasti dan tak fokus jika harus mengusur hutan dan masyarakat asli harus digerus, apa itu lebih aneh? Ya…katanya rakyat yang ingin. Rakyat yang mana? Lalu kini sempat Jakarta di cabut dan sempat Indonesia tak punya ibukota lalu katanya kini kembali lagi…karena kalau dilihat kan semua belum pindah kan… Jadi Jakarta masih dan semoga akan tetap jadi Ibukota bagaimana Pak presiden baru yang akan dilantik 20 Oktober ini? Ah sudahlah makin absurd…Silakan saja komentar bagaimana merurut kalian? Tabik…!!!