Foto: Muhammad Said Didu (pengamat), di Silaturahmi Kebangsaan 14 Oktober di Jakarta

JAKARTASATU.COM– Pengamat politik Muhammad Said Didu memaklumi ketakutan Jokowi melakukan intervensi ke berbagai pihak yang ingin menyuarakan kebenaran. Hal tersebut ia sampaikan ketika menanggapi pertanyaan awak media soal perpindahan tempat acara Silaturahmi Kebangsaan 14 Oktober, kemarin, di Jakarta.

“Karena baru kali ini saya bekerja mulai dari Pak Harto Presiden sampai Jokowi Presiden. Jadi saya paham betul bahwa kerusakan dan kesalahan yang dimiliki Jokowi itu kalau diakumulasikan dari seluruh presiden yang ada, mungkin jauh lebih tinggi daripada kesalahan seluruh presiden dari Pak Harto sampai Pak SBY,” kata Didu.

“Itulah ketakutan mereka. Dan problemnya, Jokowi tidak bisa menyembunyikan kesalahan itu, karena dia pimpin negara ini dengan tiga pilar. Pilarnya dia: kebohongan, kelicikan, dan keculasan,” ia melanjutkan.

Kata Didu, itu tiap hari dia (Jokowi) melakukan kebohongan. “Dan finalnya adalah ingin menjadikan dinasti untuk menutupi kebohongannya,” kata Didu.

Didu kemudian menyatakan bahwa Silaturahmi Kebangsaan 14 Oktober kemarin memiliki tujuan mengakhiri dinasti Jokowi. Agar kata dia, bangsa ini terbebas dari kebohongan, keculasan, dan kelicikan.

“Itu sebenarnya tujuan kita semua,” tekan Didu.

Dinasti Jokowi kata Didu harus dihentikan. Ia menyinggung kerusakan bangsa dan negara atasnya. “Jokowi memang tinggal berapa hari lagi. Tapi dinastinya harus dihentikan, karena dia merusak bangsa dan negara.

“Prinsipnya, saatnya kita bersatu. Selamatkam bangsamu dari dinasti yang menggunakan kebohongan, kelicikan, dan keculasan untuk menguasai negeri ini,” tukas Didu. (RIS)