Wow…!!! Hasil Survei CSI: Elektabilitas Eni – Ridwan Makin Kuat dan Unggul di Pilbup Sumedang 2024, Petahana Akan Kalah?
JAKARTASATU.COM — Lembaga survei dan Konsultan Politik Citra Survei Indonesia (CSI) yang melakukan Survei jelang Pilkada Sumedang 2024 dalam mengukur kekuatan olitik dan Persepsi publik Sumedang pada Pilkada 2024. Direktur Eksekutif CSI, Aendra Kartadipura menyatakan hasil Survei tingkat elektabilitas Keempat Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sumedang jika Pilkada digelar hari ini maka secara Top of Mind Pasangan Eni Sumarni – Ridwan Solichini mencapai angka sebanyak 47,5 % kemudian diurutan Kedua pasangan petahana Dony A. Munir – Fajar A di angka sebanyak 36,2 % dan diurutan Ketiga Pasangan Irwansyah Putra – Hj. GRA. Mustikaningrat diangka 14,1% dan Independen Hendrik Kurniawan – Radya Anom Lucky sebanyak 2,1 % yang Tidak Menjawab memberikan pilihan sebanyak 11,1%” ungkap Direktur Eksekutif CSI, kepada media pada Senin, (15/11/2024).
Kemudian simulasi pertanyaan tertutup jika Pilkada digelar hari ini dibantu dengan surat suara, Untuk memberikan pilihan hasilnya tingkat elektabilitas Eni Sumarni – Ridwan Solich ini mencapai sebanyak 53,7 % sedangkan Pasangan petahana Dony A. Munir – Fajar Aldila mencapai sebanyak 32,6 % kemudian pasangan Irwansyah Putra – Hj. GRA. Mustikaningrat 3,4 % dan pasangan independen Hendrik Kurniawan – Radya Anom Lucky 3,1% dan yang Tidak Memilih sebanyak 7,2 % .
Dalam hasil CSI mencatat pada tingkat kemantapan pemilih terhadap pilihan saat ini dengan pilihannya nanti saat hari pencoblosan tanggal 27 November 2024, Dimana hasilnya sebanyak 80,8 % Sangat mantap dan Mantap dengan pilihannya saat dan saat hari pencoblosan dan sebanyak 15,1 % Belum mantap dan Masih akan berubah pilihannya Kemudian sebanyak 4,1 % Tidak tahu.
Rendahnya elektabilitas Pasangan petahana Dony A. Munir – Fajar Aldila dikarenakan approval rating dari pasangan petahana dibawah 50 % , Dimana Sebanyak 62,8 % masyarakat Sumedang Tidak puas dengan kinerja Pasangan petahana selama memimpin Sumedang periode lalu. Hal ini terkomfirmasi dengan penilaian masyarakat saat dilakukan Survei bahwa sebanyak 68,8 % masyarakat menilai layanan dasar dan aksesibilitas antar wilayah.
Kualitas jalan dan aksas di wilayah permukiman dan akses ke pusat-pusat ekonomi wilayah belum tersedia dengan baik. Kemudian sebanyak 73,8 % masyarakat Sumedang menilai cakupan layanan air bersih dan energi atau ebergi baru (listrik) masih belum sepenuhnya dapat di akses di Wilayah-wilayah terpencil di Sumedang dan sebanyak 69,3 % masyarakat khususnya petani mengeluh di kawasan pertanian.
Terdapat wilayah-wilayah pertanian potensial, belum memiliki tata kelola air yang baik, Dan sebanyak 70,2 % mengeluh tentang ketersediaan sekolah menengah atas dan sederajat sehingga 6 ribu siswa yang tidak tertampung di tingkat SMA/sederajat di wilayah kab Sumedang, “Berdasar Sampel 1480 responden yang berusia 17 tahun atau lebih dari populasi pemilih, Diambil dari Kabupaten Sumedang terdiri atas 26 kecamatan, 7 kelurahan, dan 270 desa. Untuk melakukan Survei ini digelar dari 9 Oktober – 15 November 2024 oleh CSI,” papar Aendra.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung menggunakan metode sampel acak. Toleransi kesalahan (Margin of Error—MoE) adalah sekitar ± 2,54 % pada tingkat kepercayaan 95 %.
Setelah proses wawancara, CSI juga melakukan pengawasan kualitas di lapangan, atau dikenal sebagai pengawasan kualitas. Quality control dilakukan secara random sebesar 20% dari Total sampel oleh supervisor dengan cara kembali mendatangi responden terpilih dalam quality control tidak ada temuan kesalahan.
Sementara itu menurut Pengamat Komunikasi Politik, Gede Moenanto yang tergambar dari survei yang dilakukan CSI sudah tergambar adanya kemampuan analisa masyarakat Sumedang akan kinerja penguasa sebelumnya,” kata Dr Gede Moenanto dari Pusat Komunikasi Politik Indonesia (PKKPI).
“Adanya keraguan dan ketidakpuasan rakyat di Sumedang mengakibatkan adanya masalah komunikasi politik antara yang berkuasa dan warganya. Artinya bahwa masyarakat Sumedang merasakan adanya ketidak sesuaian janji Penguasa lama dengan realisasi di lapangan,”ungkap Gede analis PKKPI ini.
Menurut Gede sebagai penguasa akan lebih mudah berkomunikasi dengan rakyatnya selama memerintah. Bisa saja hal tersebut tidak dilakukan secara optimal sehingga terjadi pergeseran pemilih. “Bagi pasangan Eni Sumarni – Ridwan Solichin ini merupakan sebuah keuntungan, Karena adanya kekecewaan masyarakat sehingga masyarakat mengharapkan hadirnya pemimpin baru di Sumedang yang bisa majukan kotanya,” tegas Doktor Jebolan UNPAD ini yakin.
“Sekarang bagaimana kemampuan tim kampanye Eni Sumarni – Ridwan Solichin untuk meramu peluang tersebut karena situasinya cukup mendukung. Rajinlah berkomunikasi dengan rakyat dan terus bertanya apa yang rakyat harapkan apabila mereka terpilih. Meyakini berdasarkan hasil survei bahwa rakyat Sumedang menginginkan hadirnya pemimpin yang baru dan punya orientasi maju untuk Indonsia dan dunia,” tutup Gede. (ATA/JAKSAT)