JAKARTASATU – Indonesia kekurangan bakat cyber security dan itu menimbulkan masalah yang sangat nyata dalam industri strategis, pertahanan, kesatuan bangsa dan bisnis. Bayangkan jika ekonomi sudah berbasis digital, berapa tenaga ahli yang dibutuhkan dalam menangani masalah ini. Kekuatan SDM (Sumber Daya Manusia) sama pentingnya dengan kekuatan teknologi itu sendiri. Dalam dunia industri, baik perbankan, telko dan instansi pemerintahan, hampir seluruh negara didunia, telah memakai teknologi sebagai basis aktifitas kinerja kerjanya. Teknologi akan terus berkembang pesat tiap tahun kedepan tanpa batas.
Dalam berbagai macam masalah IT, unsur sumber daya manusia (SDM) juga memegang peranan utama, untuk itu sangat perlu dipikirkan dan dipersiapkan guna mencegah ketimpangan pesatnya perkembangan dan kemajuan teknologi. “Survey yang pernah saya baca, dunia butuh 15 juta tenaga expertis untuk cyber security. Indonesia kini butuh 1000 tenaga ahli (expert) cyber security diluar officer untuk berbagai kebutuhan instansi pemerintah, dunia industri, perbankan, telko dan lain sebagainya,” ujar Eva Noor (30/1), CEO PT Xynexis Internationaldalam acara launching kegiatan Born to Control sekaligus pers konfrens yang dihadiri dan dibuka oleh Menteri Komunikasi dan Informatika di Jakarta.
Untuk menyikapi dan menanggulangi kekurangan tenaga cyber security, perlu dilakukan terobosan supaya tidak terjadi ketimpangan antara majunya teknologi Informatika dengan SDM atau tenaga pengawasan khusus dibidang IT. Karena itu Xynexis International melahirkan inovasi baru dengan gagasan programBorn To Control (BTC) bekerjasama dengan Kementerian Informasi dan Telekomunikasi Indonesia (KOMINFO), serta menggandeng Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komputer (APTIKOM) yang akan membantu menyediakan 10 Universitas di 10 kota secara roadshow, mulai April-Mei 2017 juga Noosc Academy yang berpengalaman mengembangkan teknis sistem untuk hacking games dalam mengaplikasikan dan menjalankan program tersebut untuk masyarakat luas. “ Teman- teman yang berkecimpung didunia cyber security inilah yang mewadahi gagasan tersebut, agar program pelatihan untuk SDM yang memiliki minat menggeluti dunia cyber security dapat diturunkan ilmunya kepada mereka yang berminat ,” ujar Rudiantara (30/1), Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) di sela-sela acara launching program BTC di Jakarta.
Born to control adalah program pencarian bakat cyber security di Indonesia dan satu-satunya di asia, bertujuan menciptakan keseimbangan SDM yang ada, agar dapat mengatasi permasalahan kemajuan teknologi informatika saat ini. “ Gagasan ini fokusnya pada 3 kritikal sektor, Perbankan dan Finance, SDM serta masalah Transportasi. Hal ini didasarkan atas pengalaman dan permasalahan utama di dunia.” ujar Rudiantara
Kebutuhan punggawa pengawas sistem keamanan cyber seiring kemajuan jaman akan terus dirasakan penting keberadaannya selain menghimpun generasi muda yang punya passion terhadapcyber security dan kemudian bisa di-didik dengan baik agar bisa terjun langsung membantu industri maupun pemerintah dalam menjaga keamanan informasi di Indonesia. Born To Control (BTC) juga diharapkan menjadi wadah (talent pool) bagi generasi muda yang ingin terjun kedunia IT khususnya cyber security, sekaligus menjadi wadah bagi industri yang membutuhkan talent cyber security di Indonesia dengan target harapan menjaring minimal 10 ribu bakat SDM untuk ikut seleksi di dalam cyber security untuk tahun 2017.
” Born to control bukan untuk mengkontrol, tapi lebih pada menjaga negara Indonesia ini, khususnya di dunia bisnis dari cyber trade. Untuk menjaga dan menghindari itulah diperlukan SDM yang tangguh dan mengerti akan cyber security. Oleh karena itu born to control digagas untuk menciptakan dan mengembangkan SDM dikemampuan tersebut.” papar Rudiantara.
Roadshow 10 Kota
Kementerian kominfo pada tahun 2017 ini melakukan awarnesroadshow ke 10 kota di Indonesia meliputi : Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, Bali, Samarinda, Makasar dan Manado. Informasi perihal Born To Control bisa dilihat lewat situs resminya https://www.borntocontrol.id/registration atauhttps : //www.borntocontrol.com/registration. Hingga Minggu siang (29/1), tercatat lebih dari 1.700 kandidat gladiator cyber security yang mendaftar.
Jika terpilih menjadi kandidat Gladiator Cyber Security Indonesia (GCSI) dalam acara roadshow BTC di 10 kota di Indonesia, maka peserta masuk kedalam talent pool Born to control. Dimana semua yang daftar walaupun tidak menang akan mendapatkan kesempatan online training secara gratis. seluruh peserta berhak menjadi anggota BTC yang akan mengasah kemampuan cyber security menjadi lebih baik. Pemenang akan mendapatkan Beasiswa dan hadiah-hadiah menarik serta mendapat kesempatan magang di perusahaan ternama di Indonesia serta mendapat kesempatan kerja dan bertemu dengan pimpinan perusahaan-perusahaan ternama.
“Khusus program pencarian bakat di cyber security ini, tidaklah harus mengerti IT. Karena dengan memiliki ketertarikan saja sudah cukup yang kemudian akan dihimpun dan diberikan training khusus di bootcamp yang akan di selenggarakan 2 minggu pada tahapan kedua setelah lolos seleksi awal dalam menjaring para kandidat,” lanjut Eva Noor menjelaskan.
Dari 1.000 peserta dalam tiap kota, diharapkan dapat terseleksi 100 orang terbaik dalam tiap daerah dan diberi pembinaancharacter building serta training khusus dengan standar internasional . Pembinaan bertujuan agar menciptakan tenaga yang baik bukan hanya keahlian IT-nya saja, namun juga menghasilkan sebuah mindset yang baik pula dari seseorang kandidat yang terpilih kelak. “ Target penjaringan tahun pertama 100, diambil dari seribu yang terbaik dalam seleksi yang diadakan, kedepan tentu akan lebih dari itu ,” ungkap Rudiantara.
“Pembinaan karakter ini di anggap perlu karena banyak orang cerdas dan memiliki keahlian bagus, namun banyak sekali dijumpai keahlian tersebut digunakan pada hal-hal yang kurang baik atau negatif. Khususnya didunia IT,” ujar Eva menjelaskan agar mindset SDM minimal dapat membela dirinya sekaligus juga jadi punggawa atau gladiator pembela bangsa dan negara dalam serangan cyber yang bisa saja menjadi sebuah ancaman serius kedepan.
Dalam Pencarian bakat ini, Target yang di sasar untuk SDM Born To Control adalah semua warga negara Indonesia, berumur 17 tahun keatas dan yang berpendidikan menengah atas, hingga perguruan tinggi tanpa batas umur. Semua tentu akan ada tes awal. Walau kandidat yang ikut hanya berbasic pendidikan sekolah menengah atas dan tidak berlanjut keperguruan tinggi,namun berbakat dan punya ke inginan kuat. Bagi mereka yang terpilih menjadi kandidat terbaik akan mendapat apresiasi dalam bentuk beasiswa pendidikan selain diberi saluran kesempatan bekerja pada perusahaan atau instansi yang membutuhkan.
Program Born To Control dirasakan sangat penting diselenggarakan agar tidak terjadi ketimpangan teknologi yang melesat jauh dengan SDM yang ada. Hal ini juga dirasakan penting agar pemerintah seyogyanya tidak lagi mengimpor atau mendatangkan tenaga ahli luar dalam penanganan masalah cyber security di negeri ini. Bila hal ini terjadi sudah barang tentu sangat merugikan dan membahayakan ketahanan dan pertahanan bangsa.
Dilema yang muncul adalah, disatu sisi Indonesia butuh pengembangan teknologi dalam industri bisnis dan tatakelola pemerintahan.Disisi lain SDM yang dimiliki terbatas dan tidak menutup kemungkinan bila tenaga ahli luar yang di berdayakan, kedepan akan membawa masalah serius dan besar apalagi berbicara kerahasiaan data, dimana masalah yang muncul menjadi sebuah keamanan yang cukup sensitif khususnya pada masalah ketahanan dan pertahanan bangsa dalam berbagai sektor.
“Disinilah akhirnya kita berbicara bagaimana kita menjaga sebuah kedaulatan bangsa dari peran cyber security dalam menangkal kemungkinan cyber war yang bisa saja terjadi. Kelak kedepan sudah tepat kiranya kita punya generasi yang memiliki mindset bela dirimu dan bela bangsamu,” tegas Eva Noor. |bengard/ RB