Gibran Rakabumi Raka Bin Joko Widodo Anti Pancasila?

Damai Hari Lubis
Pengamat Hukum & Politik Mujahid 212

(Ikhtisar, Pejabat publik apapun andai berperilaku biadab bukan Pancasilaisme)

Teladani falsafah Pancasila bukan cukup lips service, namun attitude atau perilaku jati diri yang semestinya pancasilais, terlebih bagi seorang pejabat publik, tentunya harus lebih dulu role model pancasilais dibanding rakyat umumnya.

Bicara pancasilais tentu tidak terlepas dari pola berbangsa dan bernegara yang selalu mengutamakan adab budaya atau prioritaskan moralitas bangsa terkait makna Ketuhanan Yang Maha Esa, sesuai sifat-sifat zat Tuhan yang dikaitkan dengan “doktrinisasi” kepada para umatnya yang beriman melalui segala perintahNYA lalu wajib dijalankan.

Diantara kewajiban perintahNYA adalah berbuat baik diantara sesama manusia Lintas SARA lalu berlaku adil diantara sesama manusia, pendek kata seruan pancasila adalah perintah kepada bangsa ini agar dalam kehidupan sosialnya (interaksi) sehari-hari mesti selalu berlandaskan kemanusiaan (humanity) yang adil dan beradab.

Lalu jika dianalogikan seorang Gibran tokoh negarawan kontemporer dengan jabatan Wakil Presiden RI (2024-2029) lalu dihubungkan dengan filosofi pancasila, maka Pancasilais kah Gibran? Maka pertanyaan ini membutuhkan studi perilaku sang tokoh melalui perspektif populasi dari beberapa sampel (data) dan notoire feiten atau hal-hal yang sudah diketahui masyarakat luas atau menjadi sepengetahuan umum, bahwasanya Gibran:

1. Nyaris diam (bukan karakter yang dikenal oleh publik) atau tidak greget berupaya membela diri atas tuduhan publik sebagai pelaku delik UU ITE. Tapi walau belum memiliki bukti secara fakta yuridis sebagai sosok pemilik akun fufufafa, namun secara matematis dari angka pembulatan desimal hasil analisis pakar telematika dan ahli IT. Dr. Roy Suryo, Gibran adalah 100 % makhluk fufufafa, nama akun penghina Prabowo Subianto, Presiden RI (2024-2029);

2. Terlapor di KPK terkait dugaan pencucian uang dan atau gratifikasi;

3. Menjadi Wapres RI melalui proses nepotisme dan sudah dilaporkan oleh individu dari elemen masyarakat aktivis ke penyidik polri;

4. Pernah publis mengaku berpendidikan S.1, ternyata lulusan SMP atau versi KPU berdasarkan kebijakan pejabat Kemendiknas, pendidikan Gibran hanya setara SLA;

5. Putra biologis (Genetika) dari Jokowi mantan presiden ke 7 NRI yang dikenal berkarakter pembohong.

Kesimpulannya, sesuai data-data empirik yang ada maka sulit untuk menyatakan  GIBRAN ADALAH SOSOK NEGARAWAN, namun jabatan yang melekat pada dirinya secara etimologi “TERPAKSA” harus disebut negarawan, namun martabat dan perangai Gibran dalam kajian publik secara etologi sekedar (merupakan) ilmu perbandingan perilaku manusia dan hewan, namun andai kelak mahkamah dapat membuktikan Gibran benar adanya sebagai “manusia fufu fafa” maka walau sebagai pejabat publik penyelenggara negara  Gibran pantang disebut Pancasilais sejati dan secara filosofi pancasila TIDAK KELIRU ANDAI PUBLIK MEMBERI GELAR, “GIBRAN ANTI PANCASILA” ATAU SOSOK MANUSIA BIADAB.