Anonim Paradoks
Oleh Taufan S. Chandranegara, praktisi seni. penulis.
Setiap pagi riuhlah obrolan di meja makan keluarga. Suara bahagia seputar meja makan bersiap menempuh tugas kewajiban kepada tujuan sebagaimana mestinya. Adik ke sekolah. Kakak ke kampus. Bunda mungkin ke kantor, atau bergiat di rumah. Ayah mengajar, ke kantor, atau sesuai profesinya.
Obrolan di meja makan, sampai pada bermacam kegiatan masing masing, makin seru, saling bertanya tentang hal pendidikan, bidang pekerjaan hingga seputar kegiatan di dalam rumah. Interaksi antar tetangga dari berbagai usia. Tanpa terasa Negeri Katulistiwa telah sampai pada Indonesia adalah keluarga.
Pertumbuhan sebuah bangsa, merdeka, berdaulat, bersama menjaga negeri tercinta ini dari rongrongan kaum koruptor, para pengkhianat alias kaum bangsat perusak tatanan moral berbangsa-bernegara, pengkhianat Pancasila.
Edukatif, terus memupuk laju pertumbuhan berbagai sektor kehidupan, kebudayaan, keilmuan. Mewartakan perdamaian nurani diri kepada semesta cita cita kebangsaan. Mengibarkan pencapaian prestasi para pelajar. Orang muda terus tumbuh berkat keteladanan dari generasi sebelumnya, kepada kini, lanjut ke akan datang. Itu sebabnya pula kewajiban bagi manusia dewasa terus memberi bimbingan perilaku kesantunan, tutur kata, inteligensi, akalbudi, di berbagai bidang moral keilmuan. Berkewajiban pula menolak kultus identitas negatif.
Alangkah indahnya melihat negeri hijau nyiur melambai, tanpa polusi. Langit biru membentang bagi semua anak bangsa. Telah mencapai, setara, menempuh tujuan, keindahan ruang ruang pendidikan dasar, menengah, mencapai pendidikan tinggi. Hingga, perbatasan ke perbatasan negeri tercinta ini. Sebuah harapan.
Tak perlu bersuara keras tentang ‘aku’, ataupun, ‘kamu’, paling berjasa membangun sebuah negeri di atas awan-awan. Pahlawan telah lahir memberi makna kebaikan di kebenaran. Tak sekadar olah kata niskala opini tak bermanfaat, bagai kusir memecut kuda tak terperi, sekadar berlari dalam deru campur debu, akhirnya terperosok ulah sendiri.
Korupsi, melanggar tata kelola aturan publik. Jangan korupsi ya malu loh beritanya di baca adik-adik pelajar, mungkin saja di baca juga oleh sanak familimu. Demi tertib hukum untuk kepentingan berbangsa, ayo, mencipta keberhasilan membanggakan, disektor apapun, bersama, bergiat di negeri tercinta ini.
Namun, di sisi lain, moral oknum bermental koruptif, hal itu, bukan contoh baik bagi para pelajar, pemuda Indonesia, tengah menempuh pendidikan, peduli, membangun negeri tercinta ini. Anehnya lagi, oknum koruptor kakap itu berpendidikan tinggi. Namun, gagal paham disektor moral edukatif. Enggak malu ya dengan almamatermu. Insyaflah wahai koruptor. Yak ellah.
Sajak Elang
Terbanglah setinggi angkasa kau mau.
Ke-semua benua di muka bumi ini.
Kabarkan dengan lantang.
Negeri adil makmur ini baik baik saja.
Kibarkan. Benderamu! Kibarkan.
Bendera kalian! Kibarkan. Benderaku!
Aku, hanya ingin menjadi, aku.
Karena aku Negeri Katulistiwa.
***
Jakarta Indonesia, Desember 16, 2024.