DOMINO DOMINASI POLITIK DINASTI

Oleh Agung Marsudi
DURI INSTITUTE

Sedia payung sebelum hujan. Tidak ada payung yang gratis, apalagi ketika hujan

BERLINDUNG ketika ada hujan, ketika ada kasus. Apalagi terkait kasus korupsi. Tak gratis. Semua berbayar. Meminjam istilah sekarang, daripada terus-menerus “diperas” dan menjadi mesin “ATM”.

Meski sebelumnya ramai diperbincangkan di media sosial soal Hasto curhat dan buka-bukaan, bahkan lantang dan menantang di acara Podcast Akbar Faizal Uncensored. Sehari sebelum perayaan Natal, KPK akhirnya resmi umumkan Hasto Kristiyanto menjadi tersangka, Selasa (24/12/2024)

Jika yang menjadi “payung” saja, bisa tersangka, apalagi yang ‘berlindung”. Berapa pula “ongkosnya”. Domino dominasi elit politik, dalam rantai dinasti politik tak bisa dibiarkan, harus diputus.

Dinginnya kasus korupsi di kabupaten Bengkalis, dari waktu ke waktu, seperti fenomena gunung es. Meski diikat politik dinasti yang menggurita. Fenomena dinasti politik “”Muara Basung” bupati terpilih, ibunya. Timsesnya bapaknya, Ketua DPRD anaknya, Wakil Ketua DPRD anak, anggota dewan adiknya, sepupunya, saudare marenya, adalah bukti, demokrasi zombi telah terjadi di kabupaten Bengkalis.

Meski lumbung suara itu, berasal dari kandang banteng, tapi dipastikan baunya bakal menyengat, sebab penghuni kandang itu, sebelumnya berasal dari kader pohon beringin. Rivalitas mengakar, PDIP-Golkar, kini ambyar. Apalagi bupati terpilih kabupaten Bengkalis, dan pemenang Pilgubri 2024 sama-sama didukung oleh PDIP.

Di Riau, khususnya di kabupaten Bengkalis, Golkar memang hendak ditumbangkan. Golkar telah menjadi bulan-bulanan oleh kadernya sendiri yang “lompat pagar”.

Eksistensi partai ditumbangkan oleh ambisi pribadi yang sarat korupsi. Jika yang menjadi “payung” telah ditetapkan menjadi tersangka, kemana dinasti “Muara Basung”, mau “berlindung”. Pelan tapi pasti, payung itu robek, sejak pecah kongsi, Megawati-Jokowi.

Suara rakyat, suara Tuhan, akan menemukan jalannya sendiri. Sejarah bumi Lancang kuning, sebagai basis “kuning”, layarnya telah dibelokkan. Abdul Wahid, gubernur Riau terpilih dari PKB, SF Haryanto wakil gubernur, siapa tahu berminat mengambil Golkar, lalu membuat “si merah” marah.

Dinamika politik yang sengit, berbasis duit. Dikerat oleh tikus demokrasi itu sendiri. Rasa keadilan rakyat, ditelan hausnya kekuasaan. Politik dinasti membahayakan masa depan. Bau menyengat, tak bisa diobat.

Ditunggu, media nasional membuat liputan investigasi, menelisik kasus korupsi di Bengkalis. Ditunggu, KPK membongkar kasus megakorupsi di Bengkalis. Datang penuh “tantangan”, pulang membawa “tentengan”.

Right or not at all. Lakukan sekarang atau tidak sama sekali.

Jakarta, 25 Desember 2024