Kemenag Minta Buku “Memudahkan itu Dimudahkan” Jadi Rujukan LAZ

JAKARTASATU.COM– Buku “Memudahkan itu Dimudahkan” karya Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) bisa menjadi rujukan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Di dalam buku ini dijelaskan secara baik soal kepemimpinan, pengelolaan keuangan secara profesional, perencanaan program sampai pendistribusian di IZI.

“Saya berharap buku ini bisa diakses teman-teman yang bergerak di filantropi terutama soal kepemimpinan di LAZ,” kata Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama (Kemenag) Waryono Abdul Ghafur dalam bedah buku “Memudahkan itu dimudahkan” yang diselenggarakan Akademizi, Kamis (9/1/2025).

Waryono mengakui, buku ini juga menjelaskan transformasi IZI menjadi LAZ yang sangat baik dan mampu menghadapi tantangan zaman. “Saya dapat pelajaran dari buku ini, IZI bertransformasi dengan perubahan. Seorang pemimpin akan mati, dan lembaganya akan mati juga jika tidak mudah beradpatasi. Pembelajaran dari timbul tenggelamnya bangsa bukan intervensi luar tetapi pemimpin tidak baik seperti Kekhilafahan Islam di Spanyol di mana kepemimpinan internal yang rapuh,” jelasnya.

Kata Waryono, IZI mempunyai lembaga riset bernama Akademizi untuk melakukan penelitian dalam pengelolaan zakat. Lembaga riset ini menjadi contoh yang baik bagi LAZ di Indonesia.

“Bagi saya sebuah anomali, LAZ mirip-mirip LSM. Saya menjumpai IZI dengan akademizi-nya. Gerakan yang sifatnya aplikatif melalui kajian, penelitian dari elemen masyarakat menjadi contoh yang baik. Ini buku yang ke-12 dari IZI. Dibukukan dari pengalaman para amil di IZI. IZI memberikan contoh, bahwa “Ilmu bagaikan binatang liar dan menulis adalah tali pengikatnya. Ikatlah hewan buruanmu dengan tali yang kuat. Adalah bodoh sekali jika Anda memburu seekor kijang, kemudian anda lepaskan begitu saja tanpa tali pengikat.” Maka pengalaman baik hilang begitu saja. Ilmu perlu dicatat, biar ada keberlanjutan. Tidak ada keterputusan sejarah. Kita melanjutkan estafet sejarah,” papar Waryono.

Direktur IZI Wildhan Dewayana menilai buku ini merupakan upaya IZI merangkum pengalaman yang dialami dalam 10 tahun pertama. Buku ini ada luasan teori tapi banyak praktik yang selama ini dikerjakan di IZI.

“Tulisan-tulisan dari amil yang punya jam tinggi apa yang dialami dan dipraktikkan dan mengalami dinamika. Kalau dilihat secara detail dari RKAT, membuat program dan berdampak pengelolaan zakat termasuk asal muasal IZI lahir. Pembaca bisa pahami buku ini. Aspek-aspek penting leadership, melihat regulasi dari internal. Harapan kami, buku ini memberikan masukan, inspirasi khusunya praktisi filantrotropi Islam menjadikan IZI menjadikan rujukan. Semoga buku ini bermanfaat dan mendorong pertumbuhan LAZ di Indonesia,” paparnya.

Direktur Puskas Baznas Hasbi Zaenal menilai para penulis di buku “Mumudahkan itu Dimudahkan” sesuai kapasitas ilmu masing-masing di IZI. “Saya melihat banyak ilmu, hampir semua penulis dari amil IZI ada Pak Wildhan, Pak Surisman, Pak Sutanto, Pak Priyambodo, Ustaz Iwan, Bu Annah, Pak seprian. Hampir menuliskan konsentrasi ilmunya. Ilmu yang dapatkan, bagaimana me-maintenance muzaki, bagaimana komitmen mendistribukan. Andaikata ulama tidak menuliskan naskah, kita tidak bisa melihat karya-karya mereka sampai sekarang ini. Begitu pentingnya menuliskan apa yang selama dikerjakan dan dituliskan,” tegas Hasbi.

Secara tren, kata Hasbi, IZI termasuk LAZ terprogresif dan sangat agile dengan mempunyai program unggulan rumah singgah yang ditiru Baznas kabupaten/kota. IZI menjaga agar lembaganya terjaga secara syariah.

“Ada progresif lain dari IZI yaitu gerakan yang cepat terkait Palestina. IZI di antara LAZ progresif 2024, IZI terlibat  di international conference of zakat (Iconz) di Bandung, daya tawar di dunia internasional. Adanya Akademizi memberikan literasi kepada masyarakat ataupun expert di dalam pengelolaan zakat. Di IZI ada Restra dan RKAT, kita kuatkan. Padahal Baznas tidak pernah meminta adanya RKAT dan Restra untuk LAZ. Dengan adanya seperti ini, IZI sudah ke depan, sebagai LAZ berfikir negara,” tegasnya.

Kasubdit Pengamanan Aset Wakaf Jaja Zarkasy menilai keberanian IZI menerbitkan buku yang membuka secara internal dalam pengelolaan zakat termasuk strategi dalam mencari donatur.

“Tidak semua LAZ berani menyampaikan apa yang ada di dapurnya. Ini penting. Buku ini untuk pasar terlalu berat. Harus ada buku yang memberikan perspektif zakat ke Gen Z. Kami berdiskusi beberapa penerbit terkait literasi keagamaan. Ternyata setiap tahun, buku-buku zakat masih di bawah 10 persen. IZI memperluas jaringan, buku ini belum menjangkau Gen Z,” ungkapnya.

Ia berharap Akademizi bisa membuat buku dengan bahasa ringan tentang zakat untuk menyasar Gen Z. “Ke depan untuk penulisan buku-buku zakat lebih nge-pop mengambil pangsa pasar Gen Z. Kekurangan kita buku tentang zakat lebih santai. Anak-anak sekarang untuk menjelaskan perihak zakat dengan grafis. Kita berharap, bagaimana menggarap Gen Z,” papar Jaja.

Direktur Akademizi Nana Sudiana mengatakan, buku ini merupakan pengalaman dari amil IZI dalam mengelola zakat yang sudah lama terdokumentasikan.

“Saya jahit dari teman-teman IZI. Kita mengambil data yang sudah dimiliki teman-teman dari IZI untuk dijadikan buku,” tegasnya.

“Kita mempunyai dapur untuk diceritakan dan tidak takut ditiru LAZ lain. Prinsipnya memudahkan LAZ baru untuk berkembang baik. Ilmu baru tidak ada. Buku ini lebih pada praktisnya. Buku ini menjelaksna mengelola donatur, membuat laporan, maintenance muzaki. Segmen buku ini untuk amil agar lembaganya cepat berkembang. Berharap teman-teman menyerap buku secara baik,” ungkapnya.

Ia juga berharap bisa berkolaborasi dengan Kemenag dan Baznas dalam menerbitkan buku tentang zakat untuk Gen Z. “Zakat mudah dipahami dan diamalkan Gen Z sebagaiman jilbab sebagai gaya hidup. Merangsang teman-teman untuk menulis agar dunia zakat banyak bintang,” pungkasnya. (Yoss)