Menko Pangan: Harga Gabah dan Jagung Dinaikkan

Jakartasatu.com– HARI ini, Rabu, 15 Januari 2025 menjadi hari yang menggembirakan bagi para petani padi. Menko Pangan, Zulkifli Hasan (ZulHas) memberlakukan keputusan pemerintah. Berupa penyesuaian Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dari petani.

Harga gabah dinaikkan menjadi Rp 6.500 per kg dari sebelumnya Rp 6.000. Sementara produksi tani jagung dibanderol Rp 5.500 per kg yang diberlakukan mulai 01 Februari 2025. Harga Acuan Pemerintah (HAP) jagung itu terhadap hasil panen berikutnya. Bukan stok atau ketersediaan, sebelum pemberlakuan kebijakan.

Bukan cuma harga lebih Rp 500 yang potensial meningkatkan kesejahteraan para petani tradisi. Berapa pun volume hasil panen kedua bahan pokok itu akan diserap atau dibeli pemerintah melalui Perum Bulog.

Sangat diharapkan tidak ada lagi fenomena harga gabah anjlok pada saat musim panen tiba. Hal yang selama ini kerap dikeluhkan para petani. Harus rela menunda keuntungan, justru saat panen. Bahkan merugi dan resiko utang yang diangankan terbayar pada masa panen berikutnya.

Pemberlakuan HPP gabah dan jagung, seiring tekad pemerintah menuju Swasembada Pangan. Pencanangan program yang dipimpin langsung Presiden Prabowo Subianto. Gayung bersambut.

Menko Pangan, ZulHas  merespons gercep. Mencetak kebijakan populis alias pro-rakyat. Keputusan diteken 12 Desember 2024. Pemerintah tidak lagi mengimpor beras, jagung, garam dan gula mulai tahun anggaran 2025. “No impor,” tegas ZulHas. Sepadan Kado Tahun Baru bagi para petani empat kebutuhan pokok itu.

Tugas berat pemerintah cq. Menko Pangan di depan mata. Panen raya diprakirakan berlangsung Maret – April mendatang. Dua bulan lagi. Itu artinya, pemerintah wajib membeli hasil panen — berapa pun jumlahnya. “Agar para petani punya penghasilan yg lebih baik,” harap ZulHas.

Penghasilan yang lebih baik, diyakini ZulHas — bakal menjadi motivasi para petani untuk terus menanam padi dan jagung. Tak perlu lagi harus celingukkan untuk mengalirkan hasil produksi. Bahkan terpaksa menjual dengan harga lebih murah dari HPP yang praktis merugi. Satu kondisi yang memicu kendala untuk memutar kembali masa tandur.

Data mencatat produksi beras pada awal 2025 meningkat dibanding periode yang sama 2024. Pada Januari ini bisa mencapai 1,2 juta ton dan berikutnya Februari diprediksikan 2,08 juta ton.  Terjadi surplus 1,02 juta ton. Sejumlah itu akan bertambah dengan hasil panen raya Maret – April nanti.

Berkesinambungan hasil produksi yang butuh kerja keras semua pemangku kepentingan. Maka dalam dua tahun mendatang (2027), kejaran  Swasembada Pangan dalam genggaman. Bukan angan-angan.***

– imam wahyudi (iW)