Aktivis Gombal – Dalam Pengamatan Dan Deteksi Mahasiswa
Sutoyo Abadi
Semula agak ragu menerima informasi dari beberapa wartawan bahwa sejak awal bulan Maret bahwa akan ada upaya perekrutan aktifis intelektual agar berbelok arah menjadi buzzer.
Rekayasa pembelokan tersebut tentu dengan iming-iming imbalan sesuai eselon masing – masing aktifis , sehingga benar-benar berbelok arah sesuai pemilik skenario.
Info ini mengusik pikiran karena datang dari teman – teman wartawan yang memiliki jam terbang yang tinggi padat dan kaya dengan proses internalisasi pengalaman dari macam-macam kejadian, biasa diawali sinyal awal hanya seperti kabut hitam, sembari menunggu pembuktian.
Dikabarkan info awal dari solo, dan langsung bisa ditebak kalau datang dari Jokowi artinya ini rekayasa besar dari Oligarki.
Sinyal seperti ini sebenarnya sudah muncul sejak Prabowo akan melindungi Jokowi, dengan slogan Jawa mikul duwur menden Jero. Seperti halilintar tanpa merasa bersalah dan berdosa, mengumandangkan yel yel hidup Jokowi.
Rasanya sangat telak bukan hanya mengabaikan aspirasi rakyat minta dihukum mati dan diadili Jokowi, langsung pasang badan “hidup Jokowi – hidup Jokowi”.
Aktivis yang sering cuap-cuap seperti pahlawan terdepan satu persatu rontok, mengecil nyalinya, lebih tragis langsung berbelok arah membenarkan apa yang diucapkan Prabowo.
Tanpa rasa malu dan penuh kepentingan pribadi, metamorfosis menjadi buser ikut mengais-ngais kekuasaan, rela ‘menjilat’ untuk meraih posisi di struktur politik dan ekonomi asal bisa hidup bersama mereka.
Semula mengaku sebagai mengusung perubahan fundamental pada tatanan politik dan ekonomi Indonesia berubah membudakan diri sebagai pelacur abdi dalem oligarki.
Hilang kesadarannya bahwa “Bangsa ini sudah keluar dari jalur ideologi Pancasila dan UUD 45 yang dipilih oleh para pendiri bangsa, sudah hilang dari akal warasnya.
Lahirlah generasi penjilat kekuasaan karena takut ancaman lapar yang tanpa rasa malu mengumbar klaim sebagai bagian dari angkatan pejuang masa lalu meskipun tidak menunjukkan integritas dan tidak ada sedikitpun tapak jejak mereka sebagai pejuang reformasi.
“Generasi masa kini banyak yang tidak lagi mengenal perjuangan para pendiri bangsa. Lebih banyak mengajarkan nilai-nilai yang mendukung konsumerisme dan individualisme, yang jauh dari nilai-nilai kebangsaan yang digagas pemimpin bijak pendiri bangsa dan negara ini.
Mereka tidak lagi memiliki kesadaran politik yang sejati. Dalam pandangannya, berubah menjadi kelompok yang disebutnya sebagai generasi “Trojan Horse”. Istilah yang merujuk pada gambaran bahwa kelompok ini sebenarnya adalah “pembawa misi tersembunyi” sekedar perjuangan perut dan kekuasaan.
Info dari Solo, aktivitas ini akan di kendalikan berbelok arah dengan tetap bergaya sebagai pembela perubahan yang idealis.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat akan terus melihat dampak dari rekayasa Solo ( Oligarki) terutama dalam konteks politik dan ekonomi yang akan terjadi. Gerakan dan aktivis mahasiswa sedang terus mengamati dan mencatat aktivis-aktivis gombal akan dikader sebagai budak Oligarki.
Sejarah akan mencatat karena pasti akan berakhir siapa yang akan menggulung dan tergulung. Gerakan mahasiswa makin peka, fenomenanya mulai mengusir mereka ketika mereka coba-coba akan mendekatinya. (*),,
1/4/2025