OLEH HENDRAJIT *)
Kalaupun toh radikalisme mau dipaksakan juga sebagai tema, sadarilah bahwa itu berasal dari paham nihilisme. Bukan dari ajaran Islam.
Asal tahu aja, Nihilisme merupakan embrio “paham teroris” yang kini marak. Sesuai surat Pike kepada Mazzini dulu, bahwa akan dilepas para nihilis dan atheis, lalu memprovokasi sebuah katalis besar sosial yang akibatnya ditunjukkan kepada semua negara!
Nihilisme dijejalkan sebagai dogma (keyakinan yang ditelan tanpa kritik) kepara individu, kaum atau golongan – melalui penyimpangan “ajaran jihad” seperti radikalisme, pencarian dana via merampok, bom-bom bunuh diri dan lainnya atas nama agama. Ya, lagi-lagi agama dikambing-hitamkan serta dilembagakan guna menampung ajaran palsu dan doktrin-doktrin sesat!
Padahall, Nihilisme ialah pokok ajaran Friedrich Nietzsche. Inti Nihilisme menyebut bahwa keberadaan manusia di dunia tidak memiliki tujuan. Nihilis memiliki beberapa pandangan:
(1) tak ada bukti mendukung keberadaan pencipta,
(2) moral sejati tidak diketahui, dan etika sekular adalah tidak mungkin dan lain-lain. Karena itu, kehidupan tidak memiliki arti dan tidak ada tindakan lebih baik daripada yang lain.
Bayangkan, ngeri nggak tuh. Nihilisme selain menjadi embrio atau cikal bakal paham terorisme yang sekarang ini digembar-gemborkan sebagai radikalisme, juga pada tingkatan yang lebih tinggik bisa menjelma jadi paham fasisme.
Di sinilah surat Pike kepada Mazini jadi relevan:
Kita perlu melepaskan para nihilis dan atheis. Kita akan memprovokasi sebuah katalis besar sosial yang mana akibatnya akan ditunjukkan dengan jelas kepada semua negara. Mereka akan merasakan efek absolut dari atheisme, asal muasal dari penderitaan dan kerusuhan berdarah terbesar.
Setelah itu, orang-orang akan terpaksa untuk melindungi diri mereka terhadap kelompok minoritas dari revolusioner dunia dan akan mulai membinasakan para penghancur peradaban.
Para Kristiani yang saat itu akan menghadapi hilangnya semangat, kepemimpinan dan timbul kekhawatiran terhadap keyakinan. Mereka akan kehilangan arah kepada siapa mereka harus percaya, dan akan mendapatkan cahaya sejati lewat manifestasi universal dari doktrin suci Lucifer.
Sebuah manifestasi yang mana akan membawa sebuah pergerakan dimana Kristiani dan Atheisme, kedua-duanya akan ditaklukkan dan dihilangkan pada saat yang sama”.
Sekarang,dalam konteks Indonesia, bukan Ateisme versus Kristiani seperti di Eropa kala iitu. Tapi Islam versus Sekularisme, yang sejatinya juga berakarkan pada nihilisme tadi itu.
Intinya sama, agama yang sejatinya bersenywa dengan nasionalisme, dijadikan sasaran untuk dikambing-hitamkan. Seakan akan radikalisme itu datangnya dari ajaran agama, padahal jusru dari paham nihilisme yang notabene sekarang menjelma jadi sekularisme.***