JAKARTASATU – Pasca musibah kebakaran yang terjadi pada Senin Sore (5/6) di Tanah Merah-Koja, Jakarta Utara tidak saja menyisakan puing-puing kehancuran tapi juga puing puing kesedihan dan trauma yang mendalam hingga saat ini. Sudah Seminggu lebih sejak Senin sore naas itu belum juga ada kegiatan yang berarti. Berbagai instansi, perorangan, pemerintah daerah dan LSM bahu membahu membantu atas bencana kebakaran yang melalap 75 rumah warga. Salah satu bentuk kepedulian atas bencana itu dari  Suara Bersama Jakarta (SBJ) yang menyambangi tempat itu pada dini hari menjelang sahur pada (10/6) lalu.

“Kami sungguh prihatin dan ingin memberikan rasa kepedulian yang dalam kepada warga Tabah Merah-Koja, yang rumahnya terbakar dilalap api. Kami datang ke lokasi juga ingin berempati kepada warga yang sedang dilanda kesusahan ini sehingga tahu bagaimana keparahan dan kondisi sebenarnya serta apa saja yang mereka butuhkan untuk saat ini” Ucap Monica Army Soraya Hariyanto, Ketua Umum Suara Bersama Jakarta yang saat itu menyambangi pemukiman padat yang rata dilalap si jago merah.

Sudah sepuluh hari ini warga belum bisa mendirikan lagi rumah mereka. Warga yang kebanyakan bekerja sebagai pedagang dan buruh bangunan yang kini tidak memiliki rumah itu ditampung pada barak besar. Para lelaki kebanyakan tidur di sana sedangkan  para perempuan dan anak-anak tidur dan ditampung oleh tetangga mereka. “Kami merasa tak enak kalau terus menerus menumpang tidur di rumah orang. Inginnya segera membangun kembali rumah kami yang kini rata dengan tanah meski hanya sederhana saja, namun kami tak memiliki uang dan bahan untuk itu.” Ujar Ikhlas, ketua RT07 di Jalan Gotong Royong II, mewakili keluhan warganya yang terkena musibah di Gang Melati (belakang Masjid Baitussalam) itu.

Tulus Silalahi selaku kepala lurah di daerah itu juga mengatakan, “  sandang pangan dan kebutuhan logistik sudah lebih tercukupi, namun bahan bangunan sangat diperlukan untuk mendirikan kembali rumah yang tinggal puing-puing.” Hal itu juga dibenarkan dan ditambahkan oleh Suaib, ketua RW07, Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, yang mengatakan, “Bantuan berupa semen, pasir, kayu-kayu, triplek, asbes ataupun bahan bangunan ini yang sangat dibutuhkan dan sangat  membantu kami untuk bisa mendirikan kembali rumah rumah yang habis terbakar dan menyisakan puing-puing itu.”

Pemicu kebakaran sebelumnya disinyair karena korsleting arus listrik yang menghanguskan 75 rumah tinggal warga terbakar dan ada 100 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 400 jiwa. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu namun terdapat korban luka dalam kejadian ini.Sebanyak 17 unit mobil pemadam kebakaran dating untuk menghentikan kobaran api yang menghitam namun pemadaman benar-benar tuntas sekitar pukul 19.49 WIB. Rumah-rumah yang terbakar berada di dua RT, yakni RT 05 dan RT 07 di RW 07. Luas area yang terbakar mencapai 2.000 meter persegi. Dampak kerugian materiel dari kejadian ini mencapai kurang lebih Rp 2 miliar.

Menurut Tulus, pemicu kebakaran diketahui kemudian karena ada sejumlah anak-anak sedang bermain petasan. Padahal petasan itu hanya sebesar setengah ruas jari saja. Tapi saat di sulut petasan itu ada di dekat sebuah mobil sehingga membakar 5 mobil  yang berderet parkir di pinggir jalan. Dalam hitungan menit saja, api sudah membesar dan menimbukan Kepanikan warga, dan para ibu yang saat itu sedang memasak di dapur menyiapkan buka puasa di bulan Ramadhan ini. Laki-laki dan suami mereka tidak banyak di rumah karena masih bekerja di luaran. Kepanikan para ibu segera berhamburan keluar rumah tidak sempat menyelamatkan barang-barang dan surat-surat berharga, hanya diri dan baju yang melekat di badan saja.

Suara Bersama Jakarta (SBJ) yang menyambangi tempat dan datang ke lokasi kebakaran memberiikan sumbangan berupa bahan pangan seperti daging, tahu tempe, beras, pembalut, telor, snak untuk anak-anak, susu untuk balita, pakaian layak pakai, celana kolor dan jeans, kaos, baju dll. Kegiatan ini adalah bakti sosial untuk pertama kalinya diadakan oleh SBJ yang usianya baru ‘metik’ satu bulan ini.

Sesuai namanya Suara Bersama Jakarta ini sebetulnya dibentuk untuk mengusung 23 program Anis-Sandi. “ SBJ ini terbentuk untuk Jakarta oleh karenanya slogan kami adalah ‘ “KAMI ADA UNTUK JAKARTA” tandas Monica yang saat itu meyerahkan simbolis bantuan kepada Tulus Silalahi lurah setempat. Ke depannya SBJ akan mengupayakan dan membatu sebisanya untuk mendapatkan bahan-bahan bangunan yang diperlukan warga Tanah Merah seperti harapan warga Koja, Jakarta Utara. Setidaknya mencarikan solusi kepada siapa saja yang ingin mengulurkan tangannya.  | SUN/JKST