Rocky Gerung/ist

JAKARTASATU– Dosen filsafat di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI), Prof. Rocky Gerung menyampaikan pesan bahwa seorang pemimpin itu apabila telah mengatakan sesuatu tetapi kemudian menariknya kembali sebagai lelucon politik. Dia menyampaikan bahwa itu lelucon “kelas atas”.

“Presiden mengoreksi dirinya sendiri. Itulah lelucon politik tertinggi,” tulisnya, di akun Twitter pribadi miliknya, Senin (31/07/2017).

Lain hal dengan Prof. Nazaruddin Sjamsudin soal bagaimana sebuah negara, lalu ada seorang pemimpin yang ditakuti oleh media massa dengan menyebutnya sebagai awal dari kediktatoran. Padahal bisa saja sang penguasa hanya menggertak media melalui “titah”nya tersebut agar media tidak mengungkap hal-hal yang berlawanan dari kebijakan pemimpin.

“Langkah awal menuju kediktatoran diawali ketika media massa takut akan gertakan penguasa,” demikian katanya, di akun Twitter pribadinya,” Selasa (1/08/2017).

Selain tokoh tersebut, ada lagi tokoh lainnya seperti Dewan Syuro PBB yang mengatakan apabila ada seorang pemimpin , yang kenyataannya larut dengan pujian, apalagi pujian itu datang dari debt collector maka menurutnya hal itu akan menjatuhkannya dari bangku kekuasaan.

“Pemimpin mengoreksi kesalahan dan tidak mengulangi kesalahan, taubat namanya. Mengulang kesalahan berulang-ulang dengan cara yang sama, keledai saja ogah,” katanya, di akun Twitter pribadinya, Selasa (01/08/2017). RI