JAKARTASATU– Bersatunya umat Islam dalam menanggapi HUT RI ke-72 mestilah ditandai dengan persatuan (nyata) di dalam menjalankan ibadah, seperti shalat. Dalam shalat, persatuan itu dapat diambil dari seseorang, atau antara pemimpin dan rakyat bahwa ada ikatan yang bersifat simbiosis mutualisme.
“Di masjidlah umat Islam ini bersatu. Dan kita dapat mengambil banyak pelajaran di dalam shalat. Sebelumnya, kita disatukan oleh niat yang sama. Pun persatuan itu dibangun dari al-Qur’an,” demikian disampai KH. Athian Ali M. Dai dari FUUI, Kamis (17/08/2017), di Bandung, Jawa Barat.
Apabila dianalogikan, imam itu seperti pemimpin. Di dalam memimpinya seorang pemimpin, menurut Athian mesti dilandasi sikap bahwa dia bukanlah pembenar tunggal di antara yang lain. “Jadi imam juga tidak berarti dirinya dapat dikatakan yang terbaik. Ingat, saat itu ada sahabat terpilih dan mengucapkan dalam pidatonya ia bukanlah yang terbaik walau sudah didaulat menjadi pemimpin,”bebernya.
Pemimpin itu adalah amanah. Tetapi, tugas seorang imam (pemimpin) itu memiliki tugas mengatur. Misalkan saja untuk meluruskan shaf/barisan. Dan umat itu harus mau diatur selama imam itu benar. Kalau salah imam, nyatakanlah subhanallah. Dan inila konteks persatuan dalam Islam, tambah Athian.
Menurut Athian, apa yang terdapat dalam Pancasila, tepatnya Sila Pertama menandakan bahwa rakyat Indonesia harus mempunyai keyakinan terhadap Tuhan. Gagasan dari para pendiri negara ini atas adanya Pancasila.
“Benarlah orang-orang tua kita dulu itu menetapkan Sila Pertama Tuhan Yang Maha Esa. Sila itu muncul dan untuk diterjemahkan oleh masing-masing rakyat Indonesia dalam berkeyakinan. Siapapun harus menghormatinya,” tutupnya. | RI