JAKARTASATU– Isu yang tengah berkembang saat ini, bahwa Telkom masih mempunyai beban tanggung jawab kepada Loockheed Martin dan Orange & Sofrecom. Diduga kedua beban ini tentu tidak kecil.

“Bahkan hasil penelusuran Indonesian Club. Setiap perusahaan yang menerbitkan software dan ketika sofware tersebut digunakan oleh kliennya, maka pemilik sofware tersebut mendapatkan royalty yang disebut hak property atau copy right.

Nilai copyright ini adalah 18-20 USD per pelanggan per tahun. Bila dijumlah nilainya sebesar 4,2 juta pelanggan dikalikan 18 USD, jumlahnya sangat fantastis. Lalu berapa bila 17 juta pelanggan? Dugaan beban kewajiban ini telah berlangsung lebih dari 5 tahun. Sehingga ketika kontrak kerja telah selesai, dan tanggung jawab kewajiban telah ditunaikan, maka sertifikasi lisensi (Sertificate Lisence) diberikan kepada klien atau konsumen dari pemilik software tersebut,” kata Direktur Ekesekutif Indonesian Club, Gigih Guntoro, melalui siaran persnya yang diterima jakartasatu.com, Senin (11/09/2017).

Menurut di, ini adalah aturan main yang berlaku di internasional sebagai wujud untuk menghindari pembajakan salah satunya. Apabila pihak klien belum menyelesaikan kewajiban namun kontrak sudah selesai maka dapat diduga dikatakan penggunaan software tersebut adalah tindakan ilegal karena belum mengantongi Sertificate License dari pemilik software.

Baik untuk menjadi sedikit gambaran, hasil temuan Indonesian Club mensinyalir bahwa Orange & Sofrecom menggunakan teknologi berbasis fix network yang dipercaya masih menjadi teknologi paling mutahir saat ini, i-SISKA. Sedangkan Netcracker disinyalir akan menggunakan teknologi seluler network yang mereka akan terapkan untuk Telkom.

Di sini kita melihat, Fix netwotk adalah teknologi yang berbasis pada satelit sehingga memudahkan siapapun hingga ke pelosok tanah air. Teknologi ini digunakan untuk menghitung beban biaya tagihan abondemen dan pulsa. Sedangkan teknologi seluler network menggunakan teknologi berbasis kabel.

Teknologi berbasis kabel ini yang dimungkinkan tidak akan nyambung atau tidak akan dapat beroperasionalnya dengan sistem yang telah ada di Telkom alias tidak kompatibel. Karena Telkom sendiri telah menggunakan teknologi berbasiskan satelit.”

Beberapa waktu lalu, Netcracker perusahaan yang berasal dari Jepang akan masuk menggantikan Orange & Sofrecom. Keterbukaan dalam pelelangan atau apapun untuk menggantikan Orange pun mustinya dilakukam secara transparan, dan kompetisinya pun sesuai dengan spesifikasi tercanggih yang kompatibel. Karena ini berkaitan dengan kecanggihan, kemampuan teknologi, hingga kerahasiaan perusahaan dan pelanggan, serta wujud pelayanan pelanggan Telkom, baik individu maupun corporate. RI