JAKARTASATU– Selama kurun waktu 44 tahun terakhir (1971 hingga 2015), rata-rata tingkat pengangguran terbuka pemuda di perkotaan mencapai 15 persen per tahun, angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan di perdesaan yang mencapai 9 persen per tahun. Pada 2016, tingkat pengangguran di perdesaan sebesar 4,51 persen sementara di perkotaan mencapai 6,60 persen (BPS, 2016).

Hal demikian dicatat oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) saat melakukan penelitian rendahnya minat anak muda untuk menjadi petani.

“Oleh sebab itu, pemerintah perlu mendorong agar para pemuda mau kembali ke desa untuk mengembangkan pertanian dan desa. Secercah harapan masih muncul dari beberapa pemuda yang saat ini memutuskan menjadi petani,” demikian rilis LIPI yang didapat jakartasatu.com, Selasa (19/09/2017).

Mereka, menurut LIPI misalkan saja menerapkan pola pertanian berkelanjutan untuk dapat bertahan dari tantangan alam dan pasar global. Dengan itu mereka mampu keluar dari ketergantungan dan mampu menciptakan bibit, pupuk organik, dan menciptakan pasar.

“Keberadaan pemuda tani ini penting, khususnya terkait kedaulatan pangan pada masa yang akan datang dan sebagai bentuk gerakan petani yang otonom dalam era globalisasi saat ini. Oleh karena itu, Pemerintah perlu memberikan perhatian besar dalam menciptakan strategi kebijakan pertanian yang dapat memberikan dampak langsung pada terciptanya regenerasi petani untuk menjaga keberlanjutan pertanian keluarga yang menopang kebutuhan pangan nasional,” kata Kepala Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, Haning Romdiati.

Dikatakannya, strategi kebijakan ini mencakup empat aspek, antara lain pertama adalah kebijakan yang dapat memberikan akses lahan bagi pemuda. Kedua, kebijakan yang memberikan jaminan pasar bagi pemuda tani untuk mengelola pertanian.

“Ketiga, perlunya pendidikan mengenai teknologi serta variasi teknik budidaya pertanian yang berkelanjutan kepada kalangan pemuda pedesaan terutama pada lahan pertanian yang terbatas. Teknik budidaya yang berkelanjutan ini akan mengurangi ketergantungan petani pada penggunaan pupuk kimia dan lebih adaptif pada perubahan lingkungan. Dan keempat, adalah pemberian insentif bagi profesi petani untuk menarik pemuda menjadi petani.”

Untuk mengulas lebih jauh terkait upaya regenerasi petani Indonesia ini, Pusat Penelitian Kependudukan LIPI mengadakan seminar “Pemuda dan Pertanian Keberlanjutan” sekaligus untuk menyambut Hari Tani Nasional yang akan jatuh pada 24 September ini. Seminar ini bertujuan untuk mendiseminasikan berbagai hasil penelitian, advokasi, dan kebijakan pertanian saat ini yang akan disampaikan oleh peneliti, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan pengambil kebijakan. RI