hotelnewyorkplazaJAKARTASATU.COM –  Sultan Brunei berencana membeli salah satu hotel paling ternama di dunia.

Sebuah kendaraan investasi yang terafiliasi dengan Brunei telah menawarkan $2 miliar untuk mengambil alih Plaza Hotel di New York, Grosvenor House di London, dan Dream Hotel di Manhattan, demikian keterangan dari beberapa sumber.

Sultan Hassanal Bolkiah dan perusahaan hotel mewah miliknya, Dorchester Collection, berada dalam sorotan akibat undang-undang baru yang digolkan di negaranya.

Undang-undang yang salah satu butirnya berisi hukuman rajam hingga tewas bagi kaum homoseksual dan pezina membuat masyarakat Amerika Serikat (AS) mendesak Dorchester untuk menjual propertinya. Kontroversi ini juga memicu serangkaian boikot terhadap Beverly Hills Hotel dan pelbagai properti perusahaan di Eropa, serta menyebabkan kerugian jutaan dolar AS, menurut Dorchester.

Namun, upaya sang sultan untuk membeli Plaza Hotel dan dua penginapan lain menyiratkan bahwa ia tidak berniat keluar dari bisnis perhotelan dan pariwisata. Ia bahkan enggan membatasi diri untuk sementara waktu dari perhatian publik.

Direktur utama Dorchester, Christopher Cowdray, pada Mei mengatakan hotel-hotelnya tidak terikat undang-undang Brunei. “Dorchester Collection mematuhi hukum di negara tempat kami beroperasi,” ujarnya.

Tiga properti yang bakal terlibat dalam transaksi merupakan milik Sahara Group asal India. Brunei adalah penawar tertinggi ketimbang calon pembeli lain seperti perusahaan investasi pemerintah Timur Tengah, kata seorang sumber.

Pada 2012, Sahara membeli saham pengendali di Plaza Hotel senilai $430 juta. Miliarder Saudi, Pangeran Al-Waleed bin Talal, memiliki 25% saham pada properti tersebut. Belum jelas apakah ia akan menjual saham jika Sahara melepas propertinya.

Para pejabat Brunei telah membicarakan rencananya dengan perwakilan Sahara. Kesepakatan dapat dicapai secepatnya pada awal bulan depan, menurut sumber. Perwakilan kesultanan belum dapat dihubungi.

European Pressphoto Agency
Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei dalam KTT Asean di Myanmar, 11 Mei 2014.

Pendiri dan presiden direktur Sahara Group, Subrata Roy, mendapat hukuman penjara atas kasus pidana dan perdata di New Delhi dalam urusan tunggakan utang kepada pemegang obligasi perusahaan.

Roy dan Sahara Group menampik tudingan dan berkata bahwa utang telah dilunasi.

Mahkamah Agung India membolehkan Roy berunding dari Penjara Tihar, New Delhi, kali pertama hotel prodeo itu membuka ruang pertemuan untuk kesepakatan bisnis.

Menurut para analis perhotelan, jika Brunei membeli Plaza, hotel masyhur itu akan terlilit sengketa. “Jelas saja akan ada demonstrasi dan boikot, seperti di [Beverly Hills Hotel] di Los Angeles,” ujar Sean Hennessey, Direktur Utama Lodging Advisors, firma konsultasi hotel.

Plaza, berusia 107 tahun, barangkali menjadi hotel paling terkenal di AS walau jumlah kamar telah dipangkas dan beberapa lantai ditawarkan untuk kondominium. Tarif suitepada pertengahan pekan silam dipatok hampir $1.000 per malam.

Hotel itu muncul dalam sejumlah film dan novel seperti “The Great Gatsby” dan “North by Northwest.” Sejumlah artis ternama di antaranya Marlene Dietrich, Marilyn Monroe, dan The Beatles pernah menginap di situ.(WSJ/NOZ)