Oleh Anoman Obong
Setelah Agus H Yudhoyono resmi didaulat menjadi Calon Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Silvyana Murni, tidak henti-hentinya nama ini diperbincangkan dihampir semua tempat bicara termasuk Whastapp Group yang jumlahnya luar biasa banyak. Semua membicarakan Agus HY atas pencalonannya baik perbincangan negatif maupun positif. Ternyata kemunculan nama Agus, sukses mendapat respon dari publik dan mampu menandingi popularitas petahana dalam hitungan jam serelah resmi diumumkan.Bahkan di beberapa polling di sosmed menempatkan Agus HY pada urutan pertama jauh meninggalkan petahana.
Yang unik dari publik adalah ketika ada sekelompok kecil yang menyerang Agus secara pribadi dan komentar paling buruk dan sangat tidak lucu adalah kelompok kecil ini malah sibuk membahas SBY sang Presiden RI ke 6 yang berkuasa 10 tahun, seolah-olah yang maju Pilkada DKI itu adalah SBY bukan Agus HY. Yang justru lebih membuat tidak lucu lagi adalah kelompok atau perorangan ini justru adalah memiliki tingkat intelektualitas diatas rata-rata. Sayangnya, kenapa kaum intelektual ini menjadi kehilangan intelektualitasnya dengan membahas SBY? Ataukah mereka tidak tahu bahwa yang maju Pilgub itu adalah Agus H Yudhoyono?
Belakangan memang banyak kaum intelektual yang menjual intelektualitasnya demi kepentingan pribadi. Bahasa umumnya, demi uang dan jabatan banyak kaum intelektual menjadikan dirinya corong kebohongan. Membohongi rakyat dengan opini-opini persepsi sesat dan salah, tapi dikemas seolah-olah kebohongan itu adalah kebenaran. Rakyat harus mengerti dan diberikan pencerahan tentang ini supaya tidak disesatkan oleh opini-opini bohong kaum pendagang intelektualitas.
Ikrar NB bahkan menyebut Agus HY sebagai tentara ingusan, terlihat sekali Ikrar NB panik atas kemunculan Agus hingga harus bereaksi kehilangan intelektualitasnya. Ikrar NB nekad bahkan menghina institusi TNI dan para Prajurit TNI. Jika Agus HY yang peraih Adimakayasa dan Master dari berbagai Universitas dan telah menjadi Komandan Batalyon disebut ingusan oleh Ikrar NB, bagaimana dengan yang dibawah Agus HY? Ikrar NB juga menstigmakan bahwa TNI memilih tentara ingusan menjadi komandan batalyon. Sungguh Ikrar NB ini tidak layak menyandang warga negara RI karena menghina TNI dan prajuritnya..
Agus HY bukanlah SBY, dan SBY bukanlah Agus HY. Meski secara genetika adalah sama tapi jangan menhinakan kebesaran Tuhan Yang Maha Pencipta. Tidak ada manusia yang diciptakan sama, bahkan manusia kembar saja hanya identik wajah tapi tidak dengan karakter. Apalagi yang hubungannya sebagai ayah dan anak. Janganlah menimpakan kesalahan pihak lain kepada orang lain karena itu kekejian bagi Tuhan. Manusia akan bertangung jawab masing-masing terhadap dirinya. Demikian juga SBY kelak akan mempertanggung jawabkan kehidupannya secara pribadi dihadapan sang penciptanya dan bukan Agus HY yang akan mempertanggung jawabkannya. Begitu juga kita semua, tidak mungkin kehidupan kita dipertanggung jawabkan oleh anak-anak kita kelak dihari kiamat.. Setiap orang masing-masing akan mempertanggung jawabkan dirinya dihadapan pengadilan kehidupan.
SBY saat ini adalah dalam kapasitas Ketum Partai Demokrat yang menjadi salah satu partai pendukung Agus HY. Kapasitasnya sama dengan Romy Ketum PPP, Cak Imin Ketum PKB dan Zulkifli Ketum PAN. Sehingga tidaklah elok mengidentikkan Agus HY adalah SBY, tentu itu keliru. Mari kita bijaksana, yang ikut pilkada adalah Agus HY dan didukung Partai Demokrat yang saat ini ketumnya adalah SBY bersama koalisinya dari PPP, PKB dan PAN. Jika ingin mengkritisi, maka kritisilah Agus HY supaya demokrasi ini kelak bermamfaat bagi rakyat.
Mari kita bangun Jakarta untuk Rakyat, kita jadikan Jakarta sebagai Rumah Amanah Rakyat, supaya rakyat hidup dimanusiakan di Jakarta dan dihargai hak-haknya sebagai pemilik Jakarta, karena Jakarta untuk Rakyat bukan untuk bangsa asing manapun.
Jakarta, 26 September 2016