PERTEMUAN BOROBUDUR
by Zeng Wei Jian

Beberapa waktu lalu, foto Lieus Sungkharisma ikut pawai obor beredar di sosial-media. Jadi rame setelah Lukas bikin statemen. Dia tulis, “Monyet lagi bawa obor kerusuhan”.

Kepala Suku Muslim Tionghoa (MUSTI), Jusuf Hamka naik pitam.

Sejumlah mujahid menyatakan hendak mendatangi kantor PSMTI. Lieus bilang ngga usah. Tengah malam, dia langsung meluncur ke Mapolda Metro Jaya. Bikin LP. Lukas dijerat dengan pasal 310 dan 311 KUHP, Pasal 27 dan 45 UU ITE.

Para pengurus Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) bereaksi. Lukas menyatakan berhenti sebagai anggota PSMTI. Trenggono, teman Ketua PSMTI, menelepon dan minta tolong Tommy Winata menjadi mediator sekaligus fasilitator perdamaian.

Tommy Winata menghubungi Jusuf Hamka supaya mendatangkan Lieus Sungkharisma. Tanggal 05 Juni 2017, jam 8 malam, di kantor Tommy Winata, agenda pertemuan antara PSMTI dan Lieus Sungkharisma dilaksanakan. Saya diajak hadir.

Lieus Sungkharisma bilang, “Gua sih gak tersinggung dibilang monyet. Mestinya gorila. Mana ada monyet beratnya cepe kilo kaya gua.”

Intinya, Lieus ngga masalah secara pribadi. Sama seperti Jusuf Hamka, menurut Lieus, soal istilah “obor kerusuhan” bisa memicu konflik horisontal. Dalam tulisan, “Destruksi Nation Building”, saya bilang kelakuan Lukas merusak proses nation and character building.

Lukas minta maaf. Dia menyatakan ‘just kidding’ dengan statemennya. Dia ngga nyangka komen usilnya bisa tersebar dan sampe ke Lieus Sungkharisma.

Jusuf Hamka bilang bahwa, baginya, obor sama dengan lilin bagi umat kristen. Pawai obor dilakukan dalam rangka menyambut bulan ramadhan. Bukan mau rusuh. Jadi, hendaknya Lukas bisa berhati-hati dengan ucapannya.

Proses hukum atas statement Lukas masih bergulir. Jusuf Hamka diminta jadi juru-runding. Di beberapa WAG, “Foto Pertemuan” ini lantas dipelintir oleh oknum keji sebagai “rapat 9 Naga”.

THE END