JAKARTASATU– Rezim Joko Widodo ditengarai sengaja mengalihkan beberapa persoalan serius akhirnya rakyat lupa bahwa ada perkataan yang pernah terucap. “Kegilaan nampaknya memang sengaja diciptakan sebagai upaya memberikan kesibukan kepada publik untuk larut dalam bantah lisan.
Sehingga publik lupa masalah sesungguhnya yang terjadi atas ketidak mampuan rejim ini mengurus negara,” demikian Ferdinand Hutahean Ahad (11/06/2017).
Salah satunya yang ia soroti adalah bagaimana kunjungan Jokowi ke daerah Tasikmalaya beberapa waktu lalu, kemudian menjadi perhatian rakyat karena alas kaki yang dikenakan mantan Walikota Solo tersebut tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan rakyat banyak.
“Lihatlah dua hari terakhir, betapa riuhnya publik dan pemberitaan media buzzerpemerintah yang memberitakan tentang sepatu sang presiden. Sepatu mahal yang tak ingin saya sebut mereknya tersebut perkiraan saya berkisar Rp. 3 jutaan. Saya terenyuh melihat sepatu mahal presiden itu, karena tujuannya ke Tasikmalaya menggunakan sepatu mewah itu adalah untuk bagi-bagi sembako dan kartu-kartuan kepada rakyat miskin.” bebernya.
Jelas ini sebuah “kepalsuan”, karena sebelum menjadi Presiden Jokowi dielu-elukan sebagai pemimpin yang merakyat dengan alas kaki yang merakyat pula. Tapi tidak dengan kenyataannya.
“Ironi dan contrasting kemewahan dengan kemiskinan pun terjadi. Ditambah lagi ingatan saya kembali ke 2014 silam, ketika tag line sederhana menjadi jargon sakti Jokowi dengan baliho harga sepatu 160 ribu rupiah. Nampaknya mempertahankan kesederhanaan itupun Jokowi gagal, dan setelah jadi presiden menikmati kemewahan seperti sepatu mahal itu, dan dulu sempat juga jaket bomber yang mahal jadi aksesories tuan presiden. Publik pun (atau jangan-jangan hanya saya) sibuk komentar dan menjadi gila menyaksikan semua itu.” tutupnya. | JKS/RI