Aidil Chendramata - Direktur Keamanan Informasi Ditjen Aplikasi Informatika Kominfo saat membuka audisi pencarian bakat cyber security (19/8/2017) / foto : Beng.

JakartaSatu – Setelah dilaunching Menkominfo, tanggal 30 Januari 2017  lalu. Audisi pencarian bakat untuk kebutuhan SDM cyber security nasional mulai di laksanakan Sabtu  19 Agustus 2017 dan dibuka oleh Direktur Keamanan Informasi Ditjen Aplikasi Informatika Kominfo, Aidil Chendramata mewakili Menkominfo yang berhalangan hadir di Kampus K Gunadarma Karawaci – Tangerang Banten. Kominfo menyikapi akan kebutuhan tenaga SDM dibidang Cyber Security yang dirasa masihlah sangat kurang ditengah ancaman cyber  yang juga terus meningkat belakangan ini .

SDM merupakan faktor penentu bagi kedaulatan Indonesia di dunia cyber , dimana dalam menciptakan kedaulatan Indonesia di dunia cyber, ada tiga aspek utama dari system yang perlu diperhatikan. Pertama adalah aspek People, atau manusia pengelolanya. Kedua, aspek Proses, yaitu proses pengelolaan dari sistem itu agar menghasilkan sistem yang aman. Aspek ketiga barulah Teknologi. Konsep PPT ini sangat menentukan keberhasilan kedaulatan Indonesia di dunia cyber di masa mendatang. Serangan yang lebih beragam di masa mendatang, membutuhkan pertahanan yang lebih baik dan menyeluruh.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Litbang SDM Kominfo pada tahun 2015 melalui kerjasama IPKIN (Ikatan Profesi Komputer dan Informatika Indonesia) dan APTIKOM (AsosiasiPerguruan Tinggi Komputer Indonesia), di dapatkan bahwa kondisi peta SDM Indonesia bidang TIK adalah over-demand. Dengan kata lain, kebutuhan tenaga SDM TIK melebihi ketersediaan. Walaupun sudah adal ebih dari 300 perguruan tinggi yang memiliki program studi bidang komputer.  Tapi  kekurangan SDM di semua bidang TIK masih sangat terasa.  Bidang Keamanan Informasi merupakan bidang yang memiliki gap terbesar antara ketersediaan SDM dan permintaan.

Kegiatan Born to Protect yang dikoordinasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi dengan motor penggerak Xynesis Internasional. dan dilaksanakan melalui kerjasama dengan APTIKOM (AsosiasiPerguruan Tinggi Komputer), berupaya melakukan kontribusi untuk mengatasi permasalahan SDM di bidang Keamanan Informasi ini. Kegiatan Born To Protect dimulai dengan Kompetisi Keamanan Informasi untuk menjaring bibit-bibit SDM yang dapat ditingkatkan kemampuannya di bidang Keamanan Informasi. Setelah penyaringan itu dilaksanakan, maka pemenangnya akan diikutkan pada kegiatan-kegiatan berikutnya untuk makin mengasah kemampuan keamanan informasi, dengan melibatkan mentor-mentor di bidang keamanan Informasi.

Prof. Dr. E.S Margianti, SE,MM – Rektor Guna Darma Menanda tangani MOU bersama Eva Noor – CEO Xynexis Internasional diacara audisi / Beng

Dalam rangkaian kegiatannya kegiatan Born to Protect ini juga menyelenggarakan Training of Trainner (ToT) untuk para dosen-dosen yang akan mengajar  matakuliah Keamanan Informasi di kampus-kampus seluruh Indonesia. Berbarengan dengan kegiatan kompetisi diselenggarakan Seminar tentang Cyber Security Awareness in Digital Economy, dengan narasumber para praktisi, akademisi dan wakil pemerintah.

Kegiatan ini diawali pada tanggal 19 Agustus 2017, di Kampus Karawaci Universitas Gunadarma. Sekitar 1300 calon peserta, akan meramaikan kegiatan Born to Protect.  Setelah dimulai di Jakarta, maka kegiatan dengan format yang sama akan dilaksanakan di 9 kota lainnya. Kegiatan ini merupakan kerjasama Kementerian Komunikasi dan Informasi, Xynesis dan Aptikom, dalam hal ini kampus-kampus anggota Aptikom. Untuk kegiatan pembuka ini sebagmai tuan rumah adalah Pusat Studi Keamanan Informasi dan Keamanan Sistem, Universitas Gunadarma yang diketuai oleh Dr. rer. NatavinantaTarigan.

Kegiatan Born to Protect ini bertujuan untuk berkontribusi di dalammenyiapkan publik Indonesia agar makin peduli dengan Keamanan Informasi, dalam menyiapkan SDM Indonesia bidang Keamanan Informasi, serta menjalin kerjasama antara berbagai pihak yang mendukung peningkatan keamanan cyber di Indonesia.

Jim Geovedi salah satu pembicara seminar yang di adakan disela-sela audisi pencarian bakat cyber security di Jakarta.

Lewat  Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo  (APTIKA) bekerjasama dengan PT. Xynesis Internasional yang bergerak dibidang cyber security, dan Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komputer (Aptikom)  – Kominfo menyelenggarakan pelaksanaan pencarian bakat dengan mengawali memberikan orientasi dan training tenaga dosen Universitas Guna Darma Depok yang dilakukan sehari sebelum pelaksanaan audisi dimulai  dikampus K Universitas Guna Darma Karawaci Tanggerang Banten.

Audisi Pencarian Bakat Cyber di Kampus K karawaci ini merupakan audisi bagi peminat program Born To Protect bagi mahasiswa maupun berbagai kalangan yang tertarik didunia IT khususnya cyber security di sekitar Jabodetabek. Seleksi audisi wilayah Jakarta ini, diikuti sebanyak 1.300 peserta dari berbagai kalangan yang sebelumnya telah mendaftar secara online sejak awal launching dibulan Januari 2017. Selanjutnya hal yang sama akan di gelar pada 9 kota-kota besar lainnya di Indonesia seperti Bandung, Medan, Palembang, Jogjakarta, Malang, Bali, Samarinda, Makassar dan Manado.

“Program penjaringan bakat tenaga cyber security ini mendapat dukungan kerja sama dari Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komputer (APTIKOM) seluruh Indonesia yang akan membantu memfasilitasi kegiatan roadshow dan kegiatan audisi bagi penjaringan bakat cyber security ini. Sejak pertama kali pendaftaran dibuka, jumlah yang mendaftar secara online sudah mencapai 3.000 lebih. Makanya kita lakukan audisi untuk proses seleksi lebih lanjut. Nantinya proses audisi juga akan kita lakukan di kota-kota lain. Makanya kita masih beri kesempatan untuk pendaftaran yang bisa dilakukan melalui website http://www.borntoprotect.id atau https://m.Facebook.com/BornToProtect/,” ungkap Eva Noor, CEO PT Xynexis International dalam jumpa pers yang dihadiri Rektor Universitas Gunadarma, Prof. Dr. E.S Margianti, SE,MM, Direktur Keamanan Informasi Ditjen Aplikasi Informatika Kominfo, Aidil Chendramata, dan Ketua Panitia Audisi I Born To Protect, Dr. Rer.nat, Avinanta Tarigan, pada (19/8), di Kampus K Gunadarma Karawaci – Tangerang Banten.

Saat pelaksanaan seleksi berlangsung

Menurut Eva Noor, yang juga penggagas kegiatan Born To Protect ini, bertujuan untuk mendorong lebih banyak peserta, khususnya mahasiswa dan generasi muda, yang berpendidikan menengah atas hingga perguruan tinggi guna mengikuti ajang kompetisi ini. Program ini terbuka umum dari usia 17 tahun ke atas. Targetnya bisa menjaring 10.000 kandidat gladiator cyber security dari seluruh Indonesia yang akan di seleksi lagi untuk mendapatkan 100 orang terbaik yang akan diberikan training khusus cyber security.

Indonesia kekurangan bakat cyber security dan itu menimbulkan masalah yang sangat nyata dalam industri strategis, pertahanan, kesatuan bangsa dan bisnis. Bayangkan jika ekonomi sudah berbasis digital, berapa tenaga ahli yang dibutuhkan dalam menangani masalah ini. Kekuatan SDM (Sumber Daya Manusia) sama pentingnya dengan kekuatan teknologi itu sendiri. Dalam dunia industri, baik perbankan, telko dan instansi pemerintahan, hampir seluruh negara didunia, telah memakai teknologi sebagai basis aktifitas kinerja kerjanya. Teknologi akan terus berkembang pesat tiap tahun kedepan tanpa batas.

Dalam berbagai macam masalah IT, unsur sumber daya manusia (SDM) juga memegang peranan utama, untuk itu sangat perlu dipikirkan dan dipersiapkan guna mencegah ketimpangan pesatnya perkembangan dan kemajuan teknologi. “Survey yang pernah saya baca, dunia butuh 15 juta tenaga expertis untuk cyber security. Indonesia kini butuh 1000 tenaga ahli (expert) cyber security diluar officer untuk berbagai kebutuhan instansi pemerintah, dunia industri, perbankan, telko dan lain sebagainya,” ujar Eva Noor CEO PT Xynexis International dalam acara keterangan PERS sebelum audisi dimulai dikampus K Gunadarma Tanggerang Banten (19/8/2017).

“ Kita harapkan dari audisi  Born to Protect ini bisa diperoleh bakat-bakat untuk dibina agar kelak bisa menjadi SDM tangguh yang memiliki keahlian cyber security untuk menghadapi riuhnya ancaman serangan siber yang makin meningkat. Sampai saat ini, Indonesia masih sangat kekurangan tenaga-tenaga berbakat di bidang cyber security. Padahal kebutuhannya makin tinggi, baik untuk dunia bisnis, goverment, serta institusi lain,” ujar Eva Noor  .

Berdasarkan Laporan Indonesia Cyber Security Report 2017 yang diterbitkan ID-SIRTII pada tahun 2016 terdapat sebanyak 135,672,948 total serangan. Angka tersebut meningkat lebih dari 50% dibandingkan dengan tahun 2015 dengan jumlah total serangan 89.691.783 serangan. Port terbanyak yang diserang adalah Port 53 yang digunakan untuk mencari domain name system (DNS). Adapun negara sumber serangan terhadap Indonesia terbanyak berasal dari Amerika dengan jenis serangan terbanyak DDOS. Masih menurut data ID-SIRTII serangan paling banyak terjadi pada bulan April 2016 yaitu sebanyak 46.338.965 kali serangan. Sedangkan domain pemerintah (go.id) yang menjadi host phising sebesar 17.73% dan .id 13,64%.

Eva Noor – CEO PT Xynexis Internasional.

Adapun berbagai bentuk trend serangan dan insiden itu menggunakan instrumen cyberspace sebagai saluran utama dalam melaksanakan tindakannya. “Melihat tren ancaman kejahatan cyber yang makin tinggi, keberadaan SDM yang memiliki keahlian IT security ini, sangat penting. Kita harapkan Born to Protect ini bisa menjadi salah satu solusi permasalahan ini,” ujar Eva Noor menambahkan. Karena itu lanjutnya, Kementerian Kominfo sangat mendukung penuh program ini. Dalam kegiatan Born to Protect akan dilakukan pemeringkatan terhadap bakat-bakat cyber security yang terjaring. Pemeringkatan talent Cyber Security ini juga diharapkan dapat memunculkan double impact. Mereka menjadi lebih dikenal dunia industri, sebaliknya dunia industri semakin mudah mendapatkan tenaga kerja cyber security yang berkualitas untuk dapat bekerja di instansi mereka.

Kegiatan “Born To Protect” ini akan terdiri dalam beberapa rangkaian kegiatan, Di antaranya Hacking Contest, Seminar, Train of Trainers, dan diakhiri dengan Digital Camp untuk peserta yang terpilih. Pemenang dalam program ini akan mendapatkan beasiswa dan hadiah-hadiah menarik serta mendapat kesempatan magang di perusahaan ternama di Indonesia serta mendapat kesempatan kerja dan bertemu dengan pimpinan perusahaan-perusahaan ternama. |Beng/JKST