JAKARTASATU– Manusia sama, lembaga negara sama, dan semua dijamin sama di mata hukum. Semua perlu rendah hati untuk menerima kekurangan. Ini yang bikin Fahri Hamzah belasan tahun tidak terima dan sering tidak habis pikir, kenapa ada yang ingin hebat sendiri (soal OTT KPK).
“Begitu gelagat itu muncul secara refleks saya melihat ada berhala! Dan saya tidak bisa diam, saya lawan! Saya telah berusaha menegur KPK bertahun-tahun melalui berbagai cara. Tulisan dan lisan, buku dan percakapan,” demikian komentarnya, melalui akun Twitter pribadinya, Jum’at (22/9/2017).
Ia, melanjutkan, hanya mengingatkan akal yang mulai redup dan terbenam oleh ketakutan dan tirani pencitraan.Sampai-sampai orang yang tahu dan punya ilmu menurutnya tidak berani berpendapat hanya karena takut dan tidak mau repot dengan segala urusan.
“Tapi saya tidak tahan, Ada raja telanjang dipuji seolah memakai pakaian kehormatan. Saya tetap bilang Raja Telanjang. Saya diserang bukan karena korupsi dan bergelimang kasus penyimpangan dana tapi karena memberi pandangan yang berbeda!”
Menurutnya, inilah tingkat peradaban ruang perdebatan kita, ketika kebenaran takluk di bawah basa basi dan ikut-ikutan pandangan orang. Ini yang membuat kita gampang sekali ditipu, penjajah datang sebagai pedagang lama-lama kita dikangkangi.
“Tragis! Kita pernah dijajah bangsa asing juga dikebiri bangsa sendiri. Kita terlalu baik hati dan mudah jatuh hati! Sampai hari ini, kita sering sekali mendengar berita tentang orang ditipu dalam berbagai bidang, mulai tampang sampai uang. Mulai perdagangan sampai aliran dan agama. Nabi palsu merajalela di negeri ini tidak karuan. Kita mudah terpukau tertipu.”
Pun sampai akal dan pikiran datang, kebebasan dan demokrasi serta agama yang meletakkan kita secara setara. Kebebasan membuat kita harus tumbuh kritis menjadi bangsa yang tidak mudah dikekang dan dilarang. Akal harus bekerja.
Demokrasi membuat kita menghargai keterbukaan dan berbeda pandangan dalam berbagai pilihan. Dalam pikiran dan tindakan. Agama meletakkan kesetaraan bahwa yang mulia di mata Tuhan adalah yang paling baik dan manfaat bagi sesama. Jadi hilanglah tirani, kita lawan semua Preseden unjuk diri seolah lebih bersih dan lebih Anti korupsi.
“Tapi KPK dasar isinya bola liar dan para petualang semua nasehat dan masukan dianggap pandangan koruptor yang punya niat jahat. Sekarang telah terjadi akumulasi. Entahlah apa yang terjadi. Tapi apa yang dilakukan KPK ini adalah anarki.
Begitu kita tak lagi menghargai hukum dan sistem hukum yang ada, lalu membuat norma dan aturan sendiri maka hancurlah negara. Silahkan ahli hukum bicara dan berdiskusi apa adanya. Dalam tenang dan tanpa rasa takut. Inikah yang kita sebut negara hukum yang demokratis?
Ini baru bicara konstitusi UUD 45 pasal 1 ayat 3. Belum kita bicara dasar dan ideologi negara. Adakah Pancasila dalam hukum kita? Mari bicara sesama anak bangsa, jangan suka pecah belah. Saya anti korupsi kamu pro korupsi. Ini kelakuan PKI!” RI