JAKARTASATU– Salah satu pakar hukum tata negara memberikan masukan terkait penyelesaian antara Palestina dan Israel. Pakar ini misalkan saja menyarankan Indonesia, sebagai negara Islam terbesar di dunia untuk melakukan lobi-lobi ke Negara Inggris, mengingat peran negara tersebut atas Israel ditulis dalam sejarah.
“Maka, saya rasa perlu dipikirkan apa alternatifnya. Apakah mungkin kita meminta sejarah dari Inggris untuk bersama-sama, kita sebagai negara Islam terbesar di dunia, dan mungkin ditambah dengan Turki serta gereja Vatikan untuk inisiatif pertemuan kerukunan antar-agama ini. Saya rasa itu salah satu inisiatifnya,” kata Jimly Asshiddiqqie, Rabu, 20 Desember 2017, di Jakarta.
Saran Jimly ini berlatar belakang karena ia menilai bahwa Presiden Trump yang memiliki ketidaklaziman sebagai Pemimpin AS. Satu sisi dia benci Islam, sisi lain Trump ternyata tidak didukung Yahudi AS.
“Sebab tidak lazim: dia anti Islam, dia juga tidak didukung oleh Yahudi. Maksudnya saya itu, ya, kita kilik-kiliklah sedikit supaya bisa netral untuk penyelesaian Palestina. Ternyata tidak bisa juga. Dia berpihak juga. Sebab kebutuhan politik dalam negeri,” tambahnya.
Bahkan Jimly mengaku hal tersebut (tidak lazim) pernah disampaikan ke Presiden RI. Namun, kenyataan itu berbalik, yakni siapapun Presiden AS, maka dia tentu mendukung Israel.
“Saya bilang pada Presiden, “Bapak Presiden, ini mumpung kita punya Presiden yang tidak lazim di dunia. Satu, Presiden AS, Donald Trump. Anti Islamnya dan tidak didukung oleh orang Yahudi juga. Mayoritas orang Yahudi AS itu dukung Hillary. Jadi dia kecewa juga sebetulnya sama orang Yahudi”. Kalau kita bicara normal AS, partai manapun pasti dia berpihak pada Israel. Mungkin Presiden ini, yang namanya Donald Trump ini bisa diajak,” ia menutupnya. RI