JAKARTASATU – Kegagalan proses bisnis akibat adanya sebuah serangan siber dapat menyebabkan terganggunya sejumlah aspek seperti ketersediaan (availability), keselamatan (safety), keamanan (security), keandalan (reliability) dan ketahanan (resilience) atas pemanfaatan dan layanan infrastruktur teknologi. Segala ancaman dan insiden yang terjadi inilah menyebabkan mutlak dibutuhkannya suatu keamanan informasi untuk melindungi informasi dan infrastruktur yang sangat vital /kritis.
Akibat kelalaian dalam penerapan perlindungan terkait infrastruktur informasi inilah dapat menimbulkan dan menyebabkan kerugian yang besar, tidak hanya materi namun immaterial, seperti kerahasiaan negara, informasi sumber-sumber kekayaan alam, hingga keselamatan publik.
Sejak tahun 2015, perhatian pemerintah dalam hal penanganan dan pencegahan kerawanan di dunia siber sudah dipikirkan dengan mengajak berbagai institusi dari sektor strategis dan didukung penuh oleh pihak akademisi menyusun sebuah framework/kerangka kerja perlindungan informasi infrastruktur bagi sektor strategis Nasional/ Critical Information Infratructure Protection (CIIP), beserta identifikasi standar-standar di bidang keamanan informasi yang dapat digunakan sebagai acuan penerapan keamanan informasi di sektor strategis nasional.
Terkait dengan itu, pada hari selasa, 26 Maret 2019 BSSN menggelar konfrensi pers di Auditorium Roebiono Kertopati BSSN Ragunan Jakarta, dalam rangka pra kegiatan simposium ‘Critical Information Infrastructure Protection’ (CIIP-ID summit 2019) ke 4 yang rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 28-29 Agustus mendatang.
Menurut Plt Deputi Bidang Proteksi Badan Siber dan Sandi Negara Republik Indonesia, , Agung Nugraha, simposium sangatlah penting diselenggarakan dalam usaha pemerintah menghadapi serangan siber yang akan dan mungkin sudah terjadi.
“Perlindungan terhadap infrastruktur kritis nasional merupakan hal penting untuk diwujudkan sebagai langkah pencegahan, mereduksi kerentanan dsn kerawanan, serta meminimalisir dampak kerusakan dan waktu yang diperlukan untuk melakukan pemulihan ketika terjadi serangan siber di era perkembangan dunia digital ini,”ujar Agung Nugraha (26/3) saat konfrensi pers di BSSN Jalan Harsono RM Ragunan Jakarta.
Menurut Agung , Infrastruktur strategis adalah sebuah infrastruktur yang perlu dijaga terhadap segala kemungkinan gangguan yang datang.Bila infrastruktur strategis mengalami sebuah masalah tentu akan berdampak luas pada kepentingan keamanan nasional.Dimana di era saat ini semua orang sangat tergantung dengan kelangsungan digital ekonomi, baik sektor pemerintahan, sektor industrialnya maupun personal. Terlebih salah satu sektor yang menjadi tanggung jawab BSSN sesuai pepres No 53 yaitu koordinator keamanan negara menjadi sebuah tanggung jawab nasional dibawah BSSN.
Simposium ini diselenggarakan juga diharapkan akan memunculkan sebuah kerjasama dan koordinasi yang lebih erat antar lembaga maupun lintas sektoral serta mendapat masukan masukan yang berguna bagi pemerintah juga pelaku bisnis lainnya, menyadari tantangan dalam keamanan siber berjalan sangat cepat seiring perkembangan teknologi yang begitu pesat dan dunia bisnis sangat agile dimana mempunyai pengertian, bahwa secara aktif dan berkesinambungan, antara pengembang dengan pelanggan harus senantiasa menjalin kerjasama dan komunikasi dengan baik.
Eva Noor dari PT. Xynexis International perusahaan siber sekuriti yang digandeng BSSN dalam penyelenggaraan CIIP-ID Summit 2019, mengatakan mengingat pentingnya akan ketahanan siber di Indonesia maka sector ICT setuju bersama untuk membuat sebuah forum bernama Indonesia ICT-ISAC (Information Sharing and Analysis Center) merupakan forum berbagi informasi tentang isu, ancaman, kerawanan, risiko, counter measure cybersecurity di sektor TIK, yang berbasis voluntary dan beranggotakan sektor public dan private.
ICT –ISAC adalah sebuah wadah sharing Knowledge untuk saling berbagi, karena dalam dunia cybersecurity di akui Glen tidak mungkin sendirian dilakukan.Dengan kata lain masalah cyber security harus sama sama melakukan dan memikirkan permasalahan yang ada, akibat dari begitu pesatnya perkembangan dunia informasi dan teknologi. ICT –ISAC juga diharapkan menjadi sebuah jembatan penghubung antara stakeholder ICT dengan pemerintah agar sama sama mengatasi
Anggota Indonesia ICT-ISAC terdiri dari PT Telkom, PT Telekomunikasi Seluler, PT Indosat, PT XL Axiata, PT Smart Telecom, PT Xynexis International, APJII, PwC, KPMG, PT Aplikanusa Lintasarta, PANDI, PT Data Sinergitama Jaya (Elitery), dan PT Sampoerna Telematika. Kelompok kerja ID ICT-ISAC terdiri dari lima Pokja; Pokja 1: Organisasi dan Keanggotaan, Pokja 2: Analisis Backbone Nasional, Pokja 3: Analisis Layanan Internet Nasional, Pokja 4: Cloud Security, dan Pokja 5: Data Center.
Mengangkat tema Protecting Critical Infrastructure InThe Digital Era : Building Resilience and Preparedness” (Proteksi kritikal infrastruktur di era digital : Bagaimana membangun serta melaqkukan perencanaan siber sekuriti yang baik diera digital saat ini).
“Yang berbeda dalam penyelenggaraan Simposium Critical Information Infratructure Protection (CIIP-ID) tahun ini, dalam pelaksanaannya Xynexis bekerjasama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), dimana sebelumnya dilakukan dan bekerjasama dengan Kominfo. Acara ini tentunya sudah menjadi bagian dari program kerja BSSN untuk tahun ini maupun tahun tahun mendatang,”ungkap Eva Noor, CEO PT Xynexis Internasional (26/3) di acara konfrensi pers yang di gelar BSSN. (JKST/Beng Aryanto)