Kenapa Museum Kota Bandung Kisruh? Benarkah ada patung sang Walikota yang sebelum menjadi gubernur ingin dibuatkan dulu Patungnya? Siapa yang benar pengelolaan Museum itu, Tim Museum atau dibawah Disbudpar? Bagaimana Vendor patung nilep uang patung “Ridwan Kamil”, selain patung tak ada uangpun hilang rimbanya.
JAKARTASATU.COM – Tiba-tiba Museum Kota Bandung menjadi polemik. Polemik baik pengololaan maupun pendanaan. Baiklah kita coba runut masalahnya hasil investigasi Tim JakartaSATU.COM.
Museum Sejarah Kota Bandung atau kini dikenal sebagai Museum Kota Bandung awalnya lahir dari ide seorang Walikota Bandung (kini Gubenur Jabar). Saat itu Sang Walikota memanggil pakar yang paham dengan museum, sebutlah yang kini mengelola Museum Kota Bandung.
Singkat cerita bahwa Sang Walikota ada tawaran soal adanya hibah tentang ada perpustakaan yang bangkrut dan buku-bukunya akan dihibahkan ke Pemda Kota Bandung. Namun ide memindahkan berkembang menjadi museum alsannya buat apa menampung perpustakaan yang buku-bukunya juga harus diterjemahkan, karena semua buku dalam bahasa Belanda. Lalu idepun dimunculkan kenapa tidak dibuatkan Museum (Sejarah) Kota Bandung.
Singkat cerita sang Walikota itu setuju dan dibuatlah tim untuk Museum. Bukan sekadar tim yang dibentuk bahkan sang Walikota itu menetapkan juga Salinan Keputusan Walikota Bandung (SKWB) bernomor: 64/Kep.598-DisBudPar/2015 tentang Pembentukan Tim Pendirian Museum Kota Bandung. SKWB ini ditetapkan di Bandung pada 25 Juni 2015 dan di TTD oleh Walikota Bandung Ridwan Kamil, meski tanpa Stempel, namun SKWB itu ada salinan resmi Sekda Kota Bandung yang ini ada stempel dan dan tanda tangan basah Yossi Irainto.
Dalam SKWB juga ada sejumlah tembusan: Sampai ke Gubernur Jawa Barat dan muspida terkait sampai yang paling bawah yaitu lurah se Kota Bandung. Sang Walikota mengeluarkan SK Pemerintah Kota Bandung saat ini telah memiliki Museum Sejarah Kota Bandung yang di proyeksikan bakal menyimpan arsip sejarah serta perjalanan budaya di Kota Bandung, mulai foto-foto dan sejarah tentang Bandung.
Selaku Ketua Tim Pendirian Museum Kota Bandung sampai saat ini masih berstatus sebagai pengelola museum. Dari seumber kami didapatkan bahwa asetnya memang punya aset pemda Kota Bandung, kita punya tugas masih mengelola (museum) sampai siap dibuka, sampai saat ini baru peletakan batu pertama yaitu Oktober 2018 oleh Walikota Baru Oded. “Awalnya calon Gubernur yang mengagas Museum itu ingin padato kebudayaan, namun sampai saat ini memang museum belum diresmikan baru tahap tanda peletakan batu pertama,” kata sumber tadi.
Saat kami tanya Ketua Tim Museum Hermawan Rianto bahwa dirinya ditunjuk jelas dalam SK yang ditandatangani Ridwan Kamil tersebut disebutkan bahwa tugas dari Tim Pendirian Museum Kota Bandung adalah mengisi seluruh materi museum hingga membuat program pengelolaan.
“Saat ini ada 10 ruangan yang diproyeksikan, baru dua ruangan yang sudah terisi materi kalau sudah selesai dan semua ruangan sudah terisi materi baru dan diserahterimakan ke Pemkot Bandung,” paparnya.
Lantas kenapa ada polemik?
Bisa jadi ini akan panjang, karena posisi Museum ini menjadi “rebutan” pengelolaan baik Dinas Kebudayaan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung vs Tim Museum Kota Bandung. Keduanya saling klaim terkait pengelolaan. “Kami akan manut pada SK Walikota 64/Kep.598-DisBudPar/2015 tentang Pembentukan Tim Pendirian Museum Kota Bandung,” jelas Hermawan Rianto saat ditemui di ruang kerjanya.
Sebuah media nasional Kompas Selasa (27/8/2019) mengutip pernyataan Kepala Disbudpar Dewi Kania Sari bahwa “Pengelolaan (Museum Kota Bandung) oleh Pemkot Bandung lewat Disbudpar,” terangnya.
Sedangkan Hermawan mengatakan, Tim Pendirian Museum Sejarah Kota Bandung hingga kini belum bisa menyelesaikan tugas lantaran hingga tahun 2020 tidak ada lagi anggaran dari Pemerintah Kota Bandung untuk penambahan materi Museum Sejarah Kota Bandung.
Dengan demikian, Hermawan mengatakan pengelolaan museum masih menjadi kewenangan dari Tim Pendirian Museum Kota Bandung. “Kalau makin cepat suport dari pemerintah, makin cepat tugas kita selesai,” bebernya.
Isu ada tagihan dari seniman mural simpang siur terkait siapa pihak mana yang menjadi pengelola Museum Sejarah Kota Bandung berimbas kepada seorang seniman mural bernama Chafid Yoedawinata. “Berita Kompas tidak benar yang menjadi seniman mural adaalah MAN komikus, bukan Chafid, tapi mural itu di kembangkan oleh vendor benar. Untuk mengisi mural di Museum Sejarah Kota Bandung display grafis di area dinding ruang pamer bangunan lama (cagar budaya), serta mengisi panel grafis yang berisi sejarah Kota Bandung serta tokoh- tokoh pendiri Kota Bandung di bangunan baru yang letaknya di belakang bangunan cagar budaya.
Sementara itu, saat dihubungi Kompas.com, Hermawan Rianto, selaku ketua Tim Pendirian Museum Kota Bandung enggan berkomentar terkait tagihan dari Chafid. “Saya dilarang berkomentar sama sekda. Karena kita kalau ada apa apa laporannya ke sekda,” ucapnya.
Jadi selama ini ada simpang siur kami punya hutang ke vendor ini aneh, silakan cek Pemkot tak ada dana dan kenapa kami dituduh tidak bayar,” ujar Hermawan.
Bahkan kami sudahbertemu dengan yang akan membantu dari dana CSR, tapi dana CSR bukan untuk bayar hutang kerjaan museum, catat itu, tegasnya.
Patung Ridwan Kamil Ingin Ada di Museum Bandung
Sementara itu Direktur Center For Budget Analysis (CBA), Uchok Sky Khadafi, mengatakan ada kasus yang aneh terjadi atas sejumlah lelang yang terjadi di Dinas Pariwisata Kota Bandung. Misalnya di Museum Kota Bandung ditemukan banyak. Kita buka misalnya soal Patung Ridwan Kamil yang ingin dipajang di depan Museum.”Megalomania juga Walikota itu, ada Pagu Rp 197.500.000 untuk produksi patung dibayarkan kontraktor Rp. 50 juta nilai produksi patung Rp.120 jt ada kekurangan dan Rp 70 jt katanya iuran tim Museum.
Data kami yang didapat bahwa ada pelelangan gagal , akhir Tahun 2017 ada 2 (dua) paket PL dari dana APBD 2017 , senilai : Pagu Rp 198.000.000 untuk pembelian dan produksi materi (didlaamnya Patung), dari kontraktor Rp. 120.000.000,-
Nilai Produksi Materi Pamer Rp.461.165.475 (dana APBD yang didapat dari kontraktor Rp. 120.000.000 , dana dari pihak ke 3 Rp. 61.165.475, kurang bayar ke kontraktor Rp. 250.000.000) dan Pagu Rp. 197.500.000 untuk pembuatan patung Walikota Bandung saat itu, kita semua tahu.
Nilai pembuatan patung Rp.120.000.000 , dibayarkan oleh kontraktor Rp.50.000.000 ; sisanya Rp. 70.000.000 dibayar oleh Museum. Tapi gagalnya lelang diatas dan penerimaan dana APBD kedua. Gagal lelang tersebut pernah ada dalam rapat yang dipimpin Sekda dikoreksi dengan istilah “tidak dilelangkan”.
Jadi hendaknya Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) harus mengusut kasus adanya dugaan korupsi proyek lelang di Museum Kota Bandung.
Dia menilai, KPK harus mengusut kasus ini karena ada lelang yang digagalkan dan tidak boleh penunjukan langsung.
“Jalas ini korupsi di kasus ini bisa saja akan merugikan negara dari proyek jalannya Museum Kota Bandung ini terbengkalai dan meninggalkan banyak kasus, data kami temukan dari investigasi menunjukan hal itu,” ujar Uchok Sky Khadafi kepada Kamis (5/9/2019).
Menurut Uchok ada yang aneh jika sudah dirilis ada lelang, kok digagalkan. Soal patung mantan Walikota Bandung Ridwan Kamil yang mana kini jadi Gubernur Jabar, patung pernah ada yang dibuat pernah dibuatkan salah satu pematung Bali di Bandung, namun patung ini kini tak ada bahkan uangnya lenyap, begitu dari info investigasi CBA yang kami dapat,” jelas Uchok.
Terkait kasus ini semoga KPK berani menetapkan tersangka karena jelas ada banyak indikasi yang merugikan negara. Itu satu sarana di Museum kota Bandung, sebelumnya pembangunan museum gedung baru yang ada tiga lantai yang tidak sesuai spek untuk kelas museum juga patut diperiksa, papar Uchok.
“Pengusutan kasus ini harus bisa dibuktikan karena diduga banyak intervensi birokrasi politik yang masuk dalam rencana peresmian Museum Bandung, yang ternyata hanya pelektakan batu pertama pada 31 Oktober 2018 oleh Walikota saat ini, yaitu Oded M. Danial,”pungkasnya.
Ada apa dengan Museum Bandung dan hendaknya walikota maupun mantan walikota harusnya tidak bisa hanya diam, malah semalam Jumat (7/9/2019) dari pantauan Tim Redaksi di Kota Bandung Museum sudah dipalang kursi, alasan supaya kendaraan tidak bisa masuk. Hal ini harusnya dipasang dipasang signed kendaraan dilarang masuk tapi malah di barikade total seperti itu gambar. Apakah ini bagian dari Abuse Power?
Tiga Foto diatas adalah barikade yang ada di Museum Kota Bandung (6/9/19)
Lantas muncullah pertanyaan masyarakat Museum ditutup? Di barikade area masuk depan lobi dan area masuk dekat sekuriti.
Nah baiknya Gubernur yang dulu pernah Walikota pegagas Museum ini dan Walikota Bandung baiknya duduk bersama bereskan kisruh museum jangan ada Abuse Power dalam kebudayaan kan tak elok….
TIM JAKARTASATU | RNZ/SKM/HMR