Said Didu/IST

JAKARTASATU.COM – Kasus gagal bayar Jiwasraya yang menelan kerugian hingga 13,7 triliun makin menjadi sorotan banyak kalangan.

Terkait kondisi Jiwasraya yang mengenaskan tersebut, Mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Said Didu mengaku heran dengan apa yang menimpa perusahaan asuransi milik negara tersebut. Pasalnya kenapa Jiwasraya yang 10 tahun mampu menorehkan untung tiba-tiba terjun bebas.

Menurut Said, hanya ada tiga hipotesa yang bisa menyebabkan sebuah perusahaan yang sedang untung, tiba-tiba anjlok.

Pertama bisa dikarenakan pimpinannya jadi gila. Kedua ada tsunami ekonomi, dan ketiga ada perampokan.

Hipotesa tersebut diuraikan Said Didu dalam sebuah video berjudul “MSD Ungkap Modus Perampokan di Jiwasraya” Senin (23/12).

Memang menurut Said  di tahun 2005, Jiwasraya memang pernah mengalami kerugian sebesar Rp 6 triliun. Namun kerugian itu jelas disebabkan oleh dampak dari krisis 1998. Sehingga perusahaan itu segera bangkit dan mencatatkan laba di tahun 2009.

Bukan sekedar bangkit, bahkan bisa menjadi asuransi terbaik bukan hanya di Indonesia. Pada tahun 2015, 2016, mampu mengukir keuntungan 2 T.

Pada tahun 2017, Jiwasraya sempat mencatat untuk Rp 2,3 triliun sebelum akhirnya dikoreksi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi Rp 400 miliar.

Namun kenapa 2018, tiba-tiba terjadi kerugian puluhan triliun?

Said tidak mengerti lantaran di tahun itu tidak ada gejolak ekonomi yang besar. Di satu sisi, Direksi Jiwasraya juga tidak menjadi gila buktinya di tahun yang sama ada direktur yang diangkat menjabat ke Kantor Staf Presiden (KSP) oleh Moeldoko.

Yang menonjol di Indonesia di tahun 2018 tersebut hanyalah persiapan Pilpres 2019, karena itulah Said Didu cenderung mengamini pendapat pengamat politik Muslim Arbi bahwa dana Jiwasraya mengalir ke timses Pilpres atau kasarnya dirampok untuk Pilpres 2019. |WAW-JAKSAT