JAKARTASATU.COM – Diskusi Perkumpulan Gerakan Kebangsaan mengangkat tema Tantangan Geopolitik Indonesia: Isu yang dibahas adalah Natuna. Diskusi ini arahnya untuk menjawab tantangan tersebut. Sehingga kehadiran kita dikawasan akan semakin penting dan diperhitungkan, juga dalam kancah global.

Untuk membahas dan mendalami Tema diatas, kami akan mengundang Nara Sumber ahli geopolitik ( Dr. Connie Rahakudini), dan politisi dari komisi I DPR RI ( Dr. Bobby A Rizaldi)

Acara diselenggarakan, Jum’at, 17 Januari 2020, jam 15.00. Sd Selesai, Resto Pempekita, Jl. Duren Tigaraya,No.7, Jakarta Selatan.

“Posisi Indonesia diapit dua benua( asia dan autralia) dan dua samudra ( fasipik dan hindia). Indonesia juga terletak diantara pertemuan/pergerakan tiga lempeng (besar)tektonik, lempeng euarasia,lempeng fasipik dan lempeng IndoAustralia), sehingga banyak terbentuk pegunungan yang kaya akan mineral,” demikian disampaikan Bursah Zarnubi dalam undangan, Jumat 17 Januari 2019.

Selain beriklim tropis, tanah yang subur dan wilayah perairan yang kaya akan sumber makanan(ikan)serta kekayaan keaneragaman hayati lainnya, indonesia juga penghasil berbagai jenis bahan tambang, seperti batu bara, minyak,emas, bauksit,perak,nikel, dll.

Di kawasan ini, terletak selat malaka,jalur lalu lintas seperempat perdagangan dunia ada dikawasan ini, ada 80.000 kapal setiap tahunnya, dari india ke timur tengah dengan asia timur ke fasipik serta laut china selatan dan sebaliknya.

Dengan demikian spasial geografi indonesia adalah lebensraum penting bagi hidup dan kehidupan bangsa indonesia.

Mengapa indonesia pada masa lalu menjadi kawansan rebutan kolonial, karena disamping kekayaannya yang melimpah tapi juga posisi geografisnya sangat strategis di kawasan. Dengan demikian geografi indonesia memiliki arti politis( geo politik) dan strategis( geostrategis), baik di kawasan maupun global.

“Isu Natuna belakangan ini adalah suatu soal, soal yg lebih penting lagi bagaimana kita memahami geopolitik indonesia dalam perspektif kawasan dan global serta kancah pertarungan, memiliki tantangan yang lebih besar lagi, karena indonesia masih belum menyadari bahwa lebensraum geopolitik indonesia menyangkut national interest, memanfaatkan sumberdaya, perlindungan kedaulatan, pertahanan dan keamanan,yang belum maksimal kita elaborasi. Tiongkok, vietnam, Singapore dan malaysia, bahkan menikmati nilai ekonomis kawasan ini,”jelasnya.

Mengabaikan ini, akan menimbulkan resiko lemahnya national interest, rentan agresi, eksploitasi sumberdaya oleh fihak lain, kehilangan kedaulatan dan kembalinya kolonialisasi. Belum teratasinya masalah Kemiskinan dan ketimpangan nasional,juga rentan menimbulkan resiko geopolitik.

Sementara itu, kesadaran kita akan artikulasi dan narasi geopolitik masih belum mampu menjawab tujuan kemerdekaan Indonesia sebaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945: “bahwa kemerdekan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa menghantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka bersatu,berdaulat,adil dan makmur.atas berkat rahnat Allah yang maha kuasa dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan berkebangsaan yang bebas maka rakyat indonesia menyatakan dengan ini kemederkaannya. Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah nengara indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,”tandasnya.|ATA/JAKSAT