by M Rizal Fadillah

by M Rizal Fadillah

Ada video bagus seekor burung sedang dililit ular dan hendak memangsanya. Posisi burung terengah-engah tak berdaya. Akan tetapi muncul kumpulan semut yang menggigit bagian bagian dari tubuh ular sehingga ular kesakitan. Berusaha tetap melilit burung dan membuyarkan kumpulan semut akan tetapi semut satu-satu tetap mendatangi dan menggigit ular itu.

Sedikit sedikit pula ular melonggarkan lilitan pada burung sambil sibuk menghindar dari serangan semut. Akhirnya ular menyerah. Burung lepas, ular pun lari ke semak semak. Bravo semut, you are the winner.. !

Ada sekilas komentar di video tersebut yang mengingatkan dan memperumpamakan kondisi negara kita bagai burung yang dililit ular atau lebih tepatnya garuda dililit naga.
Ada benarnya dan pas.
Bila dimisalkan dengan semut maka rakyatlah yang kini diundang untuk datang berombongan dengan gigih dan gagah menyerang dan menggigit ular naga yang sedang melilit burung garuda.

Ular naga adalah negara China. Menjadi sponsor, leluhur, dan pengendali ekonomi dari bangsa yang berlambang garuda. Bukan rahasia lagi jika kini rakyat maupun pengusaha pribumi, bahkan penguasa pun, terengah-engah menghadapi lilitan naga.

Hanya saja untuk penguasa yang berwatak penghianat masih terbuka celah kerjasama dengan naga yang jahat tersebut.
Bukan hanya longgar lilitannya bahkan masih bisa bersimbiosis. Naga menjilat atau menjulurkan lidahnya, penguasa mengelus ngelus kepalanya.

Para pengambil kebijakan harus berani mengubah arah pembangunan dengan memperkuat basis ekonomi kerakyatan dan keumatan. Bangkitkan semangat nasionalisme melawan kolonialisme global. Pancasila diurai bagian dari sila-silanya untuk memotivasi perjuangan. Ada keagamaan, kemanusiaan, kebersamaan, kerakyatan, dan keadilan. Segarkan semangat juang. Usir penjajah dan hukum para penghianat.
Manusia penjual negara habisi dan tak perlu ditoleransi.

Negara kini berpenyakit parah lebih dari terjangkit virus corona. Hilang virus pun penyakit masih tetap ada. Amputasi gaya berkuasa yang zalim, berburu materi, menginjak injak hukum, serta meminggirkan agama. Hanya beorientasi pada kepentingan diri dan kelompok, munafik, serta tak punya rasa malu.

Melepas garuda dari lilitan ular naga adalah misi untuk kembali ke titik nol. Keseimbangan budaya, ekonomi, dan politik yang sewajarnya. Rezim ular naga adakah pencemar moral dan mental.
Revolusi nilai dan ideologi menjadi absolut untuk membangun keseimbangan itu.

Ayo bersama bebaskan garuda, gigit ramai ramai ular naga yang membelit. Jangan biarkan negara hancur oleh para kolaborator dan penjahat politik. Aparat bukan alat untuk berpihak tapi bersama rakyat dan umat bergerak menegakkan bangsa yang mestinya semakin berdaulat.

*) Pemerhati Politik

Bandung, 17 April 2020