Oleh: Abu Muas T. (Pemerhati Masalah Sosial)
Mungkin kita masih ingat catatan sejarah perbulutangkisan kita di arena bergengsi All England periode tahun 1968-1974, maestro bulu tangkis kita, Rudy Hartono pernah menjadi raja juara tunggal putra tujuh kali berturut-turut plus satu kejuaraan dunia pada tahun 1980. Betapa harum nama bangsa Indonesia kala itu melalui salah satu cabang olah raga yang satu ini.
Sungguh “nelangsa” setelah 53 tahun lalu bangsa ini pernah mencium aroma wewangian juara All England, kini nasib atlet bulu tangkis kita sungguh mengenaskan diusir dari arena bergengsi ini, konon hanya gegara dalam satu rombongan di pesawat ada seorang yang terpapar covid-19.
Insiden pengusiran atlet Indonesia di arena bergengsi kejuaraan bulu tangkis sekelas All England ini, tentu menyisakan luka yang mendalam bagi yang merasakannya. Para pengurus perbulutangkisan Indonesia harus bertanggung jawab memberikan penjelasan kepada publik kenapa insiden pengusiran tersebut mesti terjadi?
Diakui atau tidak, insiden pengusiran ini menjadi sebuah tamparan yang sungguh memalukan sekaligus menistakan bagi harga diri sebuah bangsa sebesar Indonesia ini. Para penanggung jawab atlet jangan menutupi kelemahan dirinya lantas hanya bisa berkoar-koar bahwa ada perlakuan tidak adil terhadap atlet kita.
Adakah keberanian para penanggung jawab atlet kita protes keras terhadap tindakan otoritas bulu tangkis dunia BWF yang “konon” ada aroma perlakuan ketidakadilan? Buktikan keberaniaannya, jangan hanya berkoar-koar melalui curhatan di media soal perlakuan ketidakadilan terhadap atlet kita.
Jika tak ada nyali untuk pembelaan atlet kita yang diusir dari arena bergengsi sekelas All England, maka silakan para penanggung jawab atlet nikmati “cita rasa” berbagai macam rasa dari perlakuan ketidakadilan. Rasa dongkol, marah, kesal, sedih, kecewa, malu dan lain sebagainya campur-aduk silakan dinikmati, tentu berbagai macam rasa ini akan masih terasa bagi yang belum tercabut urat rasanya sebagai manusia.
Memang enak dan nyamankah jika mendapatkan perlakuan tidak adil? Sepertinya tanpa terasa, “perlakuan ketidakadilan” sedang dipertontonkan secara nyata kepada kita semua.***