istimewa

Tokoh nasional Islam yang namanya tak ada dalam buku Kamus Sejarah Indonesia Jilid I terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ternyata bukan hanya nama pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy’ari, namun ada beberapa lainnya.

Mengacu pada cuitan Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) dan Ustad Tengku Zulkarnain, nama-nama tokoh nasional Islam yang tidak muncul dalam kamus kontrovesial tersebut adalah:
1. Kahar Mudzakkir
2. KH Wahid Hasyim
3. M. Natsir
4. KH Mas Mansyur
5. Mr. Syafrudin Prawiranegara

“Kahar Mudzakkir adalah Sekretaris Umum Seminar Internasional di Palestina tahun 1944 dengan ketua mufthi Palestina dan mengeluarkan keputusan mendukung Indonesia merdeka. Beliau salah satu pendiri Universitas Islam Yogyakarta tahun 1944, anggota PPKI. Namanya tidak masuk di Kamus Sejarah,” kata Ustad Tengku Zulkarnain melalui @ustadtengkuzul, seperti dikutip Kamis (22/4/2021).

“Akui salah tak cantumkan nama KH Hasyim Asy’ari, Dirjend Kebudayaan (pengarah Kamus Sejarah itu), mestinya juga akui tak masukkan nama-nama KH Wahid Hasyim,  M. Natsir, KH Mas Mansyur, Mr. Syaf, tapi malah masukkan tokoh-tokoh PKI seperti Musso, Amir S, Semaun, Alimin, Aidit,” kata HNW melalui @hnurwahid.

Seperti diketahui, penerbitan Kamus Sejarah Indonesia Jilid I mulai memicu polemik setelah diributkan  Ketua Umum NU Circle R Gatot Prio Utomo, Senin (19/4/2021), karena nama pendiri NU KH Hasyim Asy’ari tidak masuk, sementara nama tokoh dari kalangan Jepang dan Belanda ada si kamus itu, seperti Henk Sneevliet, warga Belanda tokoh utama penyebar Marxisme-Leninisme atau Komunisme di Asia, yang juga disebut sebagai maha guru kaum komunis Indonesia; dan Harada Kumaichi.

“Melihat isinya, bisa dikatakan para pejabat Kemdikbud saat ini jauh lebih mengenal tokoh-tokoh penjajah Belanda dan Jepang daripada tokoh pejuang yang menjadi imam warga nahdliyin di seluruh nusantara. Ini harus diluruskan,” kata Gatot.

Dirjen Kebudayaan Kemdikbud Hilmar Farid lalu meminta maaf dan mengaku teledor karena tidak mencantumkan nama Syekh Hasyim Asy’ari di kamus itu.

Hilmar mengatakan, terkait substansi Kampus Sejarah Indonesia yang saat ini menjadi permasalahan, sama sekali tidak ada niatan untuk menghilangkan tokoh sejarah Syekh Hasyim Asy’ari. Pasalnya, di dalam buku yang sama sudah dimuatkan informasi beberapa kali pada beberapa bagian tentang pendiri dari NU. Tentu disebut juga Syekh Hasyim Asy’ari. Selain itu, di kesempatan lain juga disebutkan di beberapa halaman yang lain.

“Jadi tentu tidak ada maksud untuk menghilangkan tokoh besar Syekh Hasyim Asy’ari dari penulisan sejarah. Bahkan pada tahun yang sama 2017, Kemdikbud menerbitkan biografi ringkas dari Kyai Haji Syekh Hasyim Asy’ari melalui Museum Kebangkitan Nasional,” kata Hilmar pada konferensi pers daring, Selasa (20/4/2021), seperti dikutip dari beritasatu.com.

Menanggapi cuitan HNW, aktivis buruh Mirah Sumirat mengatakan begini:

“Sesungguhnya sudah sangat terlihat arah ideologinya kemana, tapi mereka masih “malu-malu” mengakui keberadaan ideologi mereka yang sesungguhnya karena mereka masih takut pada umat Islam,” katanya melalui @m_mirah.

Sebelumnya, sebuah video berjudul “Kaum Kiri Dalam Historiography Orde Baru” beredar di media sosial, Rabu (21/4/2021).

Video yang diunggah di kanal YouTube Javin TV pada 2012 itu menampilkan sosok Hilmar Farid yang saat ini menjabat sebagai Dirjen Kebudayaan Kemendikbud.

Falam video itu Hilmar secara nyata membela PKI karena kata dia, G-30S atau Gerakan 30 September adalah peristiwa yang ceritanya direkonstruksi Orde Baru, sehingga terlihat kalau peristiwa itu merupakan upaya kudeta yang dilakukan PKI.

“Kita tahu itu sama sekali tidak betul. Tidak ada dasar yang mendukung argumentasi itu, dan sebetulnya di dalam studi-studi selama ini persoalan itu sudah cukup jelas terlihat,” katanya. (rhm/id.id-times)