OLEH Tarmidzi Yusuf
Pegiat Dakwah dan Sosial
Terlahir dari sebuah kota yang bernama Wuhan. Sebuah provinsi di RRC. Entah siapa yang melahirkannya. Penyelidikan WHO gagal. Sementara penyebarannya sangat cepat dan mendunia.
Ada yang bilang terlahir dari hasil ‘perselingkuhan’ politik dan bisnis. Menyisakan perdebatan di ruang publik. Pro dan kontra. Terlahir antara ‘alami’ atau karena ‘perselingkuhan’.
Hanya Allah Rabbul ‘Alamin yang bisa memastikan kelahirannya. Biarlah menjadi rahasia agar manusia dapat mengambil pelajaran dari musibah wabah mendunia.
Sebelum terlahir. Bill Gates, pendiri Microsoft, salahsatu orang terkaya keturunan Yahudi telah memprediksi, akan adanya wabah yang mengguncang dunia. Tahun 2019 dan 2020, ada yang menyebut bakal adanya serangan senjata biologis massal.
Saat ini semua orang sejagad raya mengenali, katanya, sekali lagi diulang, katanya virus mematikan. Virus yang paling ditakuti. Walaupun belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan hal itu.
Virus, entah hanya propaganda, yang paling ditakuti saat ini. Sehebat dan setinggi apapun seseorang. Bukan angkatan perang. Bukan pula negara super power. Senjata biologis. Senjata pemusnah massal.
Konon, telah menyerang 171 juta penduduk dunia. Tiga juta enam ratus ribu orang lebih telah terbunuh atas nama virus itu. Sekitar seratus juta orang lebih, selamat dari ganasnya serangan virus mematikan. Virus asli atau virus jadi-jadian?
Gara-garanya. Jutaan manusia terkena PHK. Ekonomi dunia porak poranda. Politik jungkir balik. Hukum tebang pilih. Tentara, polisi dan aparat penegak hukum lainnya menjadi alat dan diperalat oleh kekuasaan. Dunia oleng dan terguncang. Guncangan menuju tatanan dunia baru versi Yahudi dan China komunis.
Kelahirannya telah melahirkan ‘ketegangan’ baru di dunia. Ketegangan merubah tatanan dunia. Tatanan dunia baru alias the new normal, yang disebut-sebut sebagai settingan pasca senjata pemusnah massal menyerang manusia.
Tatanan dunia baru yang ‘dikendalikan’ di belakang layar oleh dua kekuatan baru dunia. Kekuatan di belakang layar dengan konsep; One world, one system, two new powers. Yahudi dan China komunis. Amerika bukan lagi negara super power dan polisi dunia?
Presiden, Perdana Menteri dan Raja hanya menjadi simbol kekuasan. Bahasa kasarnya, boneka. Mereka menjadi alat dan diperalat oleh dua kekuatan baru dunia, Yahudi dan China komunis. Imperialisme model baru.
Berbagai belahan dunia sudah ditaklukan. Dunia baru dalam genggaman dua kekuatan baru dan bisnis baru. Komersialisasi dan politisasi Covid-19.
Dalam belahan kawasan lain; Masjid, pesantren, aksi bela Islam, dan acara berbau keislaman menjadi sasaran. Sementara, mall, pasar, bandara, stasiun dan kerumunan presiden dan pendukungnya mendapat proteksi. Bahkan TKA dari China komunis mendapat perlakuan istimewa, terus berdatangan.
Atas nama wabah pula, Habib Rizieq Shihab dan pentolan inti FPI dipenjara. Hukum dan aparat penegak hukum pun menjadi kurang waras.
Islam yang paling diuber-uber saat ini. Islam dijadikan ‘kambing hitam’ oleh rezim otoriter. Rezim yang dikendalikan Yahudi dan China komunis.
“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Ali Imran: 140)
Bandung, 5 Dzulqa’dah 1442/16 Juni 2021