DR RIZAL RAMLI/IST

JAKARTASATU.COM — Sebagian masyarakat menilai ketentuan presidential treshold 20% mempersempit ruang demokrasi. Padahal di Undang-undang dasar tidak tertuang ketentuannya. Sistem seperti ini harusnya dibenahi, diperbaiki. Pemilihan presiden yang seharusnya dipilih rakyat, maka dengan PT 20 itu membuat ada pemilihan dan pembatasan oleh elit partai politik, sebelum capres diusung.

Bagaimana kalau rakyat menginginkan Rizal Ramli maju nyapres di pilpres 2024 ?

“Kalau maju nyapres di 2024 dengan sistem seperti ini ya buat apa ? Sudah kelihatan sistemnya aja sudah direkayasa, dari IT-nya, kecurangannya, faktor duit. Jadi lebih bagus kalau betulin sistemnya dulu. Nah sistem yang kacau ini kan treshold. Padahal di Undang-Undang Dasar tidak ada treshold 20%. Ini hanya akal-akalan yang berkuasa doang,” kata Dr. Rizal Ramli saat wawancara dengan jurnalis Jakartasatu.com di kediamannya, Jakarta (Ahad, 4 Februari 2023)

“Jadi, jebolin dulu treshold ini. Misalnya kalau tresholdnya 0%, calonnya bisa banyak dari 17 partai yang ada sekarang ini. Setiap partai berhak mengajukan pasangan capres-cawapres. Sehingga harus ada kompetisi visi, karakter, integritas, track record,” ujar Rizal Ramli

Makin kompetitif, bukan hanya mengandalkan modal pencitraan. Nah capres – cawapres dari 17 partai yang ikut.

Lebh lanjut Bang RR mengatakan, sistemnya dulu yang harus diperbaiki. Supaya yang maju itu bukan hanya Rizal Ramli. Supaya bupati-bupati yang bagus, anak muda yang punya idealisme, calon-calon gubernur yang bagus-bagus pada muncul semua. Karena kalau pemimpinnya hebat. Indonesia pasti hebat.

Rizal Ramli memberikan contoh sistem pemilu di negara kapitas sperti Amerika. “Nah sistem negara kapitalis Amerika itu pemilihan pemimpin sangat kompetitif. Partainya memang hanya dua di Amerika. Tapi calon pemimpin dari Partai Demokrat Amerika ada 12 calon. Dan calon partai republik ada 10 calon pemimpin negaranya. Melalui konvensi, sangat kompetitif. Sehingga mendapatkan pemimpinan yang bagus dari berbagai level,” paparnya.

Masih kata Rizal Ramli yang memberikan gambaran sistem pemilihan pemimpin di China.
“Demikian juga sistem negara komunis di China, tidak jauh beda dengan Amerika dengan melalui seleksi kepemimpinannya sangat kompetitif. Di China, orang-orang yang bagus diangkat dulu dijadikan sekertaris kelurahan di ujung Beijing sana. Kemudian selama 3 tahun berprestasi, dari ujung baru maju ke tengah menjadi sekertaris Partai di desa yang di tengah. Kemudian menjadi camat, lalu dilempar lagi ke ujung dunia di luar Beijing. Nanti kalau sudah ditest selama 3 tahun, kembali lagi sampai menjadi wali kota Sanghai yang paling top. Kemudian masuk menjadi pemimpin partai komunis. Siapa yang berhasil masuk, karena sudah melalui berbagai ujian,” urai Rizal.

“Dilema kita, kita mengaku pancasila tetapi kita tidak memiliki sistem seleksi kepemimpinan yang kompetitif. Hanya berdasar faktor uang, kalau faktor uang maka yang menentukan bukan partai-partai, bukan DPP tapi bandar yang menentukan. Makanya, perbaiki sistem kita supaya Indonesia punya sistem kepemimpinan yang selektif. Otomatis akan bermunculan yang baik-baik,” pungkas Bang RR.
| YOS/JAKSAT