Mengukur Konsistensi Surya Paloh

Oleh Tony Rosyid*
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

Kawan saya, seorang yang sangat berintegritas bilang: “Jika Surya Paloh sudah keluarkan pernyataan, dia tak akan mencabutnya”. Salah atau benar menurut orang lain, kalau Surya Paloh sudah keluarkan kata-kata dari mulutnya, dia tak akan mencabutnya. Ketua Nasdem ini orang yang sangat berkomitmen kepada perkataannya. Lepas orang setuju atau tidak setuju terhadap pernyataannya. Sekali dia katakan, dia komit dengan perkataannya itu. Dia gak akan cabut.

Coba anda lihat record Surya Paloh. Pernah dia cabut parnyataanya? Meski banyak orang menilai bahwa itu salah, dia tetap komitmen terhadap apa yang diucapkannya. Dan dia all out. Berani hadapi semua risiko.

Pernah Surya Paloh mencabut apa yang sudah diputuskannya? Sederhananya, pernah Surya Paloh cabut dukungan ketika dia sudah menyatakan dukungan? Bandingkan dengan umumnya tokoh dan politisi lain. Terlihat lembut, bicaranya sangat santun, tapi soal komitmen, sering mencla mencle. Itulah karakter mayoritas para politisi. Hari ini bilang koalisi dengan si A, tahu-tahu pindah ke si-B. Padahal pemilu masih jauh. Entah sudah berapa kali pindah gerbong koalisi. Koalisi dengan partai C, tapi hanya kerja untuk partainya sendiri, bukan untuk koalisinya. Banyak tokoh dan partai seperti itu. Tidak bagi Surya Paloh. Ketika membuat satu pilihan, dia komit dan all out. Meski banyak orang menilai itu keputusan yang tidak tepat dan bahkan dianggap salah.

Ini track record. Orang bisa dibaca dari track recordnya. Tidak bisa dibaca dari satu kasus. Dan kita sering menilai orang menggunakan perasaan “like and dislike”. Apalagi jika orang itu kita anggap punya dosa masa lalu terhadap kita. Sering kita tidak mampu obyektif.

Ketika tanggal 3 oktober 2022 Surya Paloh deklarasikan Anies, banyak orang tidak percaya. Kenapa? Karena Surya Paloh tidak dukung Anies di pilgub 2017. Nasdem usung Ahok. Metro TV, media kepunyaan Surya Paloh all out dukung Ahok. Hadapi semua lawan Ahok. Totalitas. Meski banyak tuduhan terhadap Surya Paloh dan Metro TV, media ini tetap konsisten mengadapi lawan Ahok. Berada di baris terdepan dukung Ahok. Ini komitmen Surya Paloh kepada Jokowi yang saat itu mati-matian kerja untuk dukung Ahok.

Satu kata: yaitu komitmen. Ini yang dimiliki Surya Paloh ketika sudah membuat keputusan. Pantang dia mencabut dan mundur. Semua risiko dihadapinya. Tidak peduli orang mau ngomong apa, keputusan jalan terus. Kira-kira bisa dibilang, sampai dunia runtuh sekalipun, dia tak akan mencabut keputusannya.

Ketika Surya Paloh putuskan usung Anies di pilpres 2024, dia tahu konsekuensinya, dan dia hadapi semua risikonya. Sejumlah kader keluar dari Nasdem, dia terima. Para menteri dari Nasdem mau diresuffle, bahkan berulangkali dipanggil kejaksaan, dia hadapi. Banyak yang curiga dan fitnah Nasdem kalau langkahnya dukung Anies itu hanya manuver, dia juga harus berlapang dada.

Nasdem sudah ambil risiko politik dan keluar banyak logistik, masih dicurigai sebagai manuver, itu adalah bagian dari konsekuensi sebuah pilihan. Sampai-sampai untuk menghadapi ini semua, Surya Paloh harus bersumpah dan mubahalah. Lepas itu memenuhi kriteria mubahalah atau tidak dalam pandangan para ulama, tapi dia ingin meyakinkan kepada publik bahwa dia komitmen bahwa apa yang diputuskannya dalam mengusung Anies adalah tepat untuk masa depan bangsa dan negara. Surya Paloh akan mengawal ini sampai ujung dan sekuat tenaga.

Ini akan menjadi ujian bagi Nasdem, khususnya Surya Paloh. Dapat serangan dari pihak non koalisi, dicurigai dari sebagian internal pendukung Anies. Sebagai seorang politisi senior yang matang dengan pengalaman, pasti Surya Paloh tahu apa yang dia harus lakukan.

Ini bukan soal benar salah. Ini bukan soal tepat atau tidak tepat. Tapi, tulisan ini ingin mengajak setiap orang untuk membaca seorang tokoh dari track recordnya. Apakah orang itu “satu kata dan perbuatan?” Atau dia tokoh yang mencla mencle? Semua itu bisa dilihat dari rekam jejaknya.

Saya bukan kawan Surya Paloh. Dia jauh lebih tua dari saya. Saya tidak kenal Surya Paloh, kecuali lewat media. Surya Paloh pasti tidak kenal saya, karena gak ada kepentingannya kenal dengan saya. Saya juga bukan kader dan simpatisan Nasdem. Karena saya tidak berpartai.

Saya hanya ingin meluruskan cara berpikir yang obyektif dan benar, terutama bagi para analis sosial dan politik. Cara menilai kepada setiap orang dari rekam jejak yang panjang itu mutlak dibutuhkan. Ketika analisa kita jernih dan obyektif terkait dengan para aktor sosial maupun politik, selain tentu saja data yang cukup, maka akan lebih mudah mendekati obyektifitas dan kebenaran.

Jakarta, 15 Maret 2023