Oleh: Taufan S. Chandranegara
Meja kursi. Kalau saling bertukar rupa, boleh dibilang infiltrasi kursi meja atau sebaliknya. Kalau infiltrasi bantal guling terhadap kasur barangkali menjadi, infiltrasi kasur terhadap tempat tidur mencipta momen bunga tidur. Loh, ko’k begitu (?) Lah iyalah terhadap si penidur.
Kata infiltrasi mencoba menggeliat. Ohalah, itu mah konsep lama aransemen baru dari zaman purba.
Lantas mengapa si infiltrasi itu bisa masuk ke lemari manajemen kompleks. Emangnya kagak di check and recheck gitu. Apakah masuk sembari menyanyi ataukah sembari menari. Nah itu dia ketika pesona membius senyum maka si dia masuk berlenggang. Ada senyum lesung pipit. Ada pula senyum manis berkumis tebal.
Sejauh hal menyangkut infiltrasi sekalipun demi keamanan apapun dimanapun, dengan alasan sedini waktu mungkin mencakup pula demi hua ho ho. Tetap tidak bisa menjadikan maklum sebagaimana adanya, karena kata infiltrasi itu sayang disayang berkonotasi negatif, konon pula dilarang PBB. Wah …
Apa udah pada tipis ya nilai kepercayaan di antara panorama iman (?) Sampai begitu perlu menggandeng si Om infiltrasi, agar tak tampak keserupaannya dengan Predator si Alien, alias, ego ini gue. Sebab, latian dasar pernapasan oknum, masih berada di peringkat low level, hihihi, kurang piawai mengontrol perilaku, berakibat, gampang banget diterka, dari level infiltrasi narahubung kelas bulu hingga Z.
**
Arus tenang kadang menghanyutkan, perlu di uji. Apakah ada hiu ngumpet atau ada paus pemangsa tengah menerawang air dari dasar ke permukaan, siap menerkam sumber kekacauan mengombak badai. Bergantung jenis kelaminnya. Badai Utara, Selatan, Timur, Barat, bergantung pula pada pesanan konspirasinya. Apakah keju kornet atau roti bakar, atau kambing guling atau pula mie kuah.
Dilihat juga kokinya, made in mana (?) Bisa masak apa dengan bumbu dapur atau beli bumbu di toko kelontong, pasar swa-beli atau pula dalam sistem pembayaran tanggung renteng, tukar guling atau model cicilan barter. Interior ruang bergantung pula pada penataan juru masaknya, berikut menentukan undangan akan hadir. Apakah dalam jumlah terbatas atau massal.
Golongan dompet tebal atau dompet tipis, bergantung pula daya tawar kekuatan pasar data di peruntukkan bagi benua jauh, benua biru, merah, kuning, hijau. Transaksi di waktu sunyi, hal biasa dalam suatu perhelatan, namun mungkin saja mengundang kontroversi di keramaian, lantas senyap, data telah bergulir lewat gorong-gorong narahubung.
**
Infiltrasi, enggak hebat loh itu, perilaku itu merugikan publik dimanapun, negara dimanapun. Apabila pula merugikan publik jurnalis dimanapun. Karena lembaga jurnalisme, merupakan pengabdian tanpa pamrih di negara manapun demi kemaslahatan arus informasi publik-pembentuk negara. Mengapa demikian (?)
Karena negara bukan bentuk kekuasaan milik personal. Kecuali sebuah negara penganut asas diktator-isme-oligarki. Nah loh.
Mau (?) Punya negara sepert entuh (?) Ogah kale. Perlu kehati-hatian dalam menyikapi infiltrasi, sebab si dia itu kompanyon dari sebuah sistem entah dimana. Namun, kalau mencuri dengar atau mencuri teks, dalam bentuk big data, uhui, bisa disebut itu infiltrasi mentang-mentang, serupa preman elite kesurupan tuyul koruptor. Waduh!
Namun pula sebagaimana lazimnya, preman elite infiltrasi, ‘kan menghilang setelah isu merebak ke angkasa, atau pula ‘kan berkelit seribu bahasa bagai udang sembunyi di balik fakta. Ya Allah … Semoga tak terjadi di negeri kasih sayang ini. Salam baik saudaraku.
***
Jakarta Indonesia.