Saatnya, Manuver para Dewa
Oleh Imam Wahyudi (iW)
Eskalasi politik nasional tengah menggeliat. Meningkat panas. Dalam hari-hari ke depan. Menyusul deklarasi Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden (bacapres) 2024.
Prabowo Subianto lebih awal gercep. Kurang dari 24 jam, pascadeklarasi Ganjar. Sesegera menemui Presiden Jokowi di Solo. Tak semata silaturahmi lebaran. Hampir pasti, diskusi seputar pencapresan. Prabowo sudah kadung di- endorse sebagai bacapres. Sebutlah versi Jokowi. Karuan, deklarasi Ganjar — diduga membuatnya terkaget.
Sepulang dari Solo, Prabowo menemui Aburizal Bakrie. Usai dengan Ketua Dewan Pembina Partai Golkar itu, esok harinya — menerima kunjungan Ketum Partai Golkar, Airlangga Hartarto. Tak kecuali PAN, tampaknya tengah merancang kunjungan dan pertemuan serupa.
Saling bertemu akan meliputi semua pimpinan partai parlemen. Manuver para dewa. Di antara agenda mutakhir itu, Sandiaga Uno menyatakan pamit dari Partai Gerindra. Lanjut jumpa Plt. Ketum PPP, Mardiono. Sinyal eksodus. Sulit dibantah, bahwa terkait dengan agenda Pilpres 2024. Seru, deh!
Soal deklarasi Ganjar Pranowo. Terbilang rada mengagetkan, pun tidak mengagetkan. Rada mengagetkan, lantaran sempat dipisuhi (dimarahi -pen) PDIP. Tak kecuali soal penanganan banjir rob yang melanda pesisir Jateng tempo hari. Ganjar dalam kapasitas Gubernur Jateng. Pun hal lainnya. Tidak mengagetkan, karena Ganjar juga kader PDIP. Terlebih saat ingin mendorong Puan Maharani tak berjalan mulus. Elektabilitas Puan tersendat. Berbanding jauh dengan Ganjar. Ya, akhirnya Ganjar yang diusung maju.
Rada mengagetkan, malah bikin “belingsatan”. Soalnya, pertemuan “5 besar” dikalkulasi sinyal dukungan terhadap Prabowo. Malah diklaim sebagai Tim Jokowi. Presiden hadir dalam pertemuan di Kantor DPP PAN, 02 Maret 2023 itu. Ketum “5 besar” itu Zulkifli Hasan (PAN), Prabowo Subianto (Gerindra), Airlangga Hartarto (Golkar), Muhaimin Iskandar (PKB) dan Muhammad Mardiono (PPP).
Klaim Tim Jokowi sebagai sinyal dukungan terhadap Prabowo, dimaklumi serentang saat itu. Ganjar dinilai tak ada kepastian bakal dicalonkan. Alasan itu pula, Ganjar Pranowo Mania (GPMania) bubar. Menyusul JokowiMania (JoMan). Kedua komunitas itu pindah dukungan ke Prabowo.
Pertemuan “5 besar” bakal membangun koalisi besar. Berjuluk Koalisi Kebangsaan. Dirancang untuk menandingi Koalisi Perubahan yang sudah lebih dulu bergulir dengan Anies Baswedan sebagai bacapres. Pertemuan “5 besar”, tentu tanpa PDIP.
Tampak ogah menjadi bagian dari koalisi besar. PDIP mengapungkan call tinggi. Bermodal elektoral tinggi pula, PDIP membuat langkah sendiri. Menggenggam golden ticket lewat representasi Ganjar Pranowo. Karuan, dua koalisi tak ubahnya “belingsatan”.
Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang digagas Gerindra dan PKB dipaksa stasioner. Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) meliputi Golkar, PAN dan PPP praktis stagnan. Tak cukup perpindahan gigi perseneling untuk akselerasi. Tak kecuali, pertemuan Ketum PAN dan Gerindra yang belum sempat berbuah — malah konstelasi sudah berubah.
Kecuali itu, deklarasi Ganjar seolah hendak menjawab keraguan Golkar. Bahwa belum ada keseriusan PDIP gabung ke koalisi besar. Golkar bergeming, Airlangga sebagai capres. Spesifik Prabowo yang keukeuh capres pula. Mungkinkah bakal muncul empat kandidat?
No free lunch dimaklumi hadir. “Tak ada makan siang gratis” berlaku dalam berkoalisi. Tak semata power sharing dan yang bersifat finansial. Para dewa yang faham matematikanya. Nah!***
– Ketua Komunitas Wartawan Senior (KWS) Jabar.