Petruk Jadi Raja
By Eko S Dananjaya
Al kisah di sebuah negri bernama Pandan surat, ada seorang putri cantik menawan bernama Dewi Ambarwati. Dia adalah anak seorang Prabu Ambarasraya. Putri Dewi Ambarwati dipersunting oleh seorang yang bertubuh jangkung, kerempeng dan berhidung panjang. Laki-laki itu bernama Petruk.
Perkawinan antara Petruk dengan Dewi menghasilkan seorang anak bernama Lengkung Kusuma. Tadinya, perkawinan antara Petruk dengan dewi Ambarwati tidak di restui oleh Prabu Ambarasraya. Tapi karena kepandaian Petruk dalam bersandiwara, serta gigih memanfaatkan situasi ditambah pinter mengelabuhi. Selain itu ia pintar memperankan diri sebagai orang yang hendak dikasihani. Dengan tampilan wajah sederhana, memelas tampak ndeso – ni. Ditambah piawai dalam mengobral janji kepada ibu calon mertua. Dengan demikian Dewi Ambarwati akhirnya dapat dijinakkan dan dijadikan pendamping hidupnya.
Sejalan dengan waktu. Ketika di negri Pandan Surat ada sayembara pemilihan kepala daerah. Petruk yang sebenarnya tidak pantas menjadi pemimpin itu, akhirnya di poles oleh panitia dan relawan pemilihan. Kemudian dibuatkanlah rekayasa serta propaganda. Agar Petruk dapat menjadi wedana di negri itu. Beberapa saudagar dikumpulkan untuk membantu ube rampe pemenangan. Dalam prakteknya, Petruk disiasati untuk menyamar menjadi orang ndeso. Sebagai upaya agar dapat mengelabuhi keturunan brayat minulya. Yang tadinya tidak pantas menjadi pemimpin kemudian dipantas- pantaskan. Sehingga terlihat menjadi elok dan memiliki kemampuan bekerja. Kepantasan ini sengaja diolah oleh para pialang politik dan para saudagar yang berharap si Petruk dapat dikendalikan dan dijadikan kuda troya oleh kaum pemilik modal dan politisi.
Tapi dalam kenyataannya. Petruk malah mbedal, keluar dari skenario sutradara. Petruk tidak dapat dikendalikan oleh siapapun. Dan gerakannya liar, lepas kendali dan membahayakan para sutradara maupun para brayat minulya. Semakin hari tampak semakin ugal- ugalan. Pokoke sak karepe dewe. Ora iso dikandani.
Dalam sejarah cerita pewayangan, Petruk satu ini adalah Petruk yang fenomenal. Karena tidak dapat diharapkan banyak dan telah keluar dari skenario cerita yang dulu ia sepakati. Ini menjadi tragedi besar dalam kekuasaan, yang dianggap oleh para patih serta para prabu di negri Astina sebagai inkonsistensi. Bahwa Petruk yang sedianya dapat dikendalikan dengan baik, tapi dalam realitasnya tidak demikian.
Petruk yang punya nama lain Udawala, Dublajaya, Petung pinananggul dan Kantong Bolong ini menjelma diri sebagai Petruk yang memiliki kekuasaan absolut. Tak satupun orang yang membesarkan mampu mengendalikan. Sebab Petruk telah menjelma sebagai Raja kayangan yang memiliki power yang kuat. Ketika diminta mundur dari jabatan, karena sudah memasuki masa purna. Dirinya malah melawan dan berupaya melanggengkan kekuasaan melalui jalur konstitusi yang sudah di rekayasa dan rudapaksa. Setiap langkahnya acapkali membawa petaka.
Selama berkuasa, Petruk menggunakan Ilmu Aji- aji sirep frogs croak in the palace pond. Yang memiliki kekuatan sirep menghipnotis seluruh Brayat jagad Pandan Surat. Dan lagi- lagi membuat para Brayat Minulya tidak sadarkan diri. Ilmu sirep ini biasa dipakai untuk kejahatan, yakni buat menipu, mengelabuhi, memperdaya para kawula supaya terus menerus percaya pada Petruk. Ilmu sirep atau mantra hitam semacam gendam, dipercayai keampuhannya untuk menyirep bukan saja para kawula muda tapi juga para pemujanya. Ilmu sirep durjana Kantong Bolong dapat diperoleh dengan berbagai cara, tapi tentu saja penuh resiko. Penangkalnya yakni dengan mengamalkan serta membangkitkan kesadaran “Sastra jendra hayuningrat pangruwating diyu”. Yakni propaganda dengan mantra sakti untuk keselamatan dari kejahatan yang dibuat oleh pemimpin yang suka menganiaya dan membohongi para kawulanya. Cerita Petruk jadi Raja, hanya terbatas dapat dipahami oleh kultur Jawa. Karenanya sesuatu yang sebenarnya tidak mungkin dapat menjadi mungkin atau sebaliknya. Itu semua akibat dari rekayasa politik kamuflase yang banyak mengandung kelemahan. Ben Anderson pernah menulis tentang ” Mitologi dan toleransi orang Jawa”. Menyebutkan bahwa masyarakat Jawa memiliki nilai- nilai adhiluhung dalam memaknai hidup. Nilai tersebut tercermin dalam pewayangan yang menjadi pedoman hidup bagi masyarakat Jawa. Salah satu tokoh pewayangan yang dikenal luas adalah Petruk.
Petruk yang seharusnya mituhu atau patuh pada para Dewa atau Batara Guru. Setelah memperoleh kekuasaan merasa keenakan, lupa diri. Bahkan, satu- satunya keturunan yang bernama Lengkung kusuma sudah disiapkan menjadi penggantinya. Padahal Lengkung Kusuma boleh dikata masih bocil. Masih suka netek Ibunya dan suka disuapin jika sedang makan.
Para Dewa Brata di kayangan dan para kaum Sudra penyembah durjana di negri Pandan Surat merasa geli. Sebab si Bocil Lengkung Kusuma dipaksa oleh Petruk untuk dapat berkuasa sebagai siasat berkelanjutan. Agar aset- aset yang ditumpuk dari hasil mengelabuhi para kawula sudra tersebut dapat aman.
Sedang suasana sayembara pemilihan untuk mendapat pengganti sang Petruk telah disiapkan sedemikian rapi dan licik. Dengan merubah aturan dan menabrak etika kaum Brahmana dan Satria. Bahkan permainan kotor tersebut telah terdengar di Astina Praja yakni sebuah negara yang isinya para Satria Pandawa. Bahkan para Dewa turut merasa prihatin, meneteskan air mata karena ulah Petruk yang semakin menjadi – jadi.
Negri yang tadinya Damai, tentram dan sejahtera menjadi negri yang gaduh dan penuh intrik. Dari semula terlihat baik kini menjadi berantakan dan kacau balau. Negri Pandan Surat seperti negeri para kurawa. Negeri yang tidak memiliki tata krama, aturan dan etika. Karena negri yang dulunya diperjuangkan oleh para Pandawa kini jatuh ke tangan para kurawa. Tenyata Petruk yang pandai ngumbar janji itu dapat mengelabuhi mertuanya maupun para kawula yang kini tengah meradang dikarenakan kekuasaannya tidak mau digantikan.
Penulis adalah Fiksionaris