KENYATAAN beda tafsir atau ngarang atau rekayasa. Kenyataan adalah kekinian yaang tidak bisa direkayasa. Soal berbagai lembaga survei yang banyak beda dan seakan melakukan drama kering maka ini harusnya dikritisi.
“Ada anomali hasil lembaga survei LSI Denny JA yang selalu menempatkan Prabowo-Gibran posisi tertas. Saatnya rakyat tidak percaya LSI Denny JA,” kata kader PDIP dekat almarhum Taufik Kiemas, Beathor Suryadi kepada wartawan, Kamis (14/12/2023).
Menurut aktivis senior ini LSI Denny JA dalam setiap rilisnya memunculkan anomali dengan menempatkan Prabowo-Gibran sebagai posisi teratas. Ada rekayasa pertanyaan responden yang diajukan LSI Denny untuk menggiring memilih Prabowo-Gibran.
Beathor menilai, LSI Denny JA dibikin format diwakili 1200 responden. Lalu 1200 itu digolongkannya 4 kelompok pemilih, forsi paslon No 2 diberi prosentase yang lebih besar, sementara No 1, 3 dan belum memilih diberi angka lebih kecil. Selain itu prosentase No 2 itu didoktrinnya, apa pun isu dan kejadian, angkanya harus tetap diatas. Lalu angka No 2 yang leading itu digulirkan, diedarkan oleh enam lembaga survei yang lain seakan kebenaran itu adalah hasil dari enam lembaga tersebut “Permainan persepsi ini terus menggiring pemilih terjebak dlm polling yang mereka rekayasa,” jelasnya.
Lembaga lembaga survei termasuk LSI Denny JA kata Beathor, dalam memframing bahwa paslon 02 berpeluang menang satu putaran adalah kejahatan. “Framing bahwa 70% masyarakat Indonesia bodoh dan mudah di kondisikan memilih pasangan tertentu adalah sebuah pembodohan. Selain itu, framing lain bahwa Informasi putusan MK hanya diketahui sebagian kecil pemilih juga adalah framing jahat,”ujarnya keras.
“Jika melihat data di atas, penduduk Indonesia yang bisa mengakses informasi sdh mencapai 90%, jadi framing bahwa rakyat di grass root sebagian besar belum bisa mengkases informasi soal putusan MK dan politik dinasti Jokowi tidak berbasis data,” Beathor menambahkan.
Berdasarkan data 2023, jumlah pengguna aktif media sosial Facebook di Indonesia sudah mencapai 205,4 juta dan Tiktok sebanyak 99,79 juta, serta 116,6 juta pengguna Instagram.
Dan kenyataannya bahwa yang terjadi paska debat capres nyata adanya. Jika ngarang atau rekayasa nampaknya akan segera selesai dan ending. Sejumlah lembaga survei pun harus melek jika usai debat capres masih merilis hasil jajak pendapat yang penuh cerita rekayasa.
Haruslah jujur apa dan siapa elektabilitas Anies-Prabowo-Ganjar secara jujur. Jika survei sejumlah media yang merilis jelas nyata. Namun jika lembaga survei merilis perolehan nilai hadil suara bagi tiga bakal calon presiden Indonesia itu sumir makan makin absurd. Media sekelas Kompas di litbangnya pada hari yang sama sebelum malamnya debat menyebut pasangan 2 paling unggul, namun dalam usai debat menilai meleset dan menempatkan Anies nomor 1 unggul dari cara yang disampaikan dan kedua Ganjar dan Prabowo nomor bontot.
Kini masih bergulir lalu, siapa yang meraih suara tertinggi nanti, wakti berjalan. Survei Kepuasan Masyarakat atas capres ini masih berlanjut. Soal survei kepuasan kini banyak drama dan bahasanya wani piro. Bahkan lebih jahat lagi umumnya lembaga survei jadi timses, maka inilah yang absurd. Baiklah nanti kita tunggu saja hasilnya. Dan 14 Februari 2024 kita saksikan…TABIK….!!