Oleh: Taufan S Chandranegara, praktisi seni.

Hahaha gawat, apa rasanya ketubruk kopi? Kalau demikian agak ribet dong membedakan parodi dramatik dengan satir dramatik. Enggak juga sih. Tinggal melihat komedi reguler atau komedi satir. Biasa aza kale, enggak usah dibikin ribet. Hah! Enteng aja gitu. Bisa iya bisa juga enggak. Tergantung ente pake kacamata merek apa. Satir komedi atau satir kopi siang bolong. Nah.

Tuh, tolok ukurnya sudut pandang lagi kan. Emangnye ente punya ramuan sahih? Enggak tuh. Ane hanyalah pemirsa pada umumnya ajeh. Sama dong. Ya udah kite salaman ajeh. Terus bisu dah alias no comment, hihihi … Nasib-nasib. Nonton gratis dari jauh terserah dia maunya apa. Doakan saja selamat sampai akhir hayat semoga tak lupa ngopi.

Senjakala tiba hujanpun ada di antara kemarau, meski kemarau tak pernah ramah pada hujan. Mungkin karena matahari kadang-kadang mendekat, terkadang pula menjauh, membuat musim rembulan redup-terang. Lagi-lagi konon akibat cuaca bimasakti, sedang gagap untuk memberi ibarat kebenaran nisbi. Sekalipun terbolak balik di balik-balik.

Gimana? Kok bisa gicu sih. Ya bisa saja bahkan mungkin, sebab berbagai kemungkinan bisa terjadi, sekalipun sejarah lawas telah mencontohkan; ini boleh ini tidak. Sila ditinjau dari berbagai suluk peninjauan, apakah masih ampuh satirisme macam icu, atau hal-hal mustahal icu, dicarikan formulasi anti penggandaan perilaku ganda. Wah, wkwkwk, lebih seru dari kartun Disney Tom and Jerry dong, selalu begitu.

Enggak juga, enggak begitu juga, meski boleh dibilang iya, tapi enggak deh sepertinya, karena tidak seperti-sepertinya. Bingung.in deh. Hahaha … Kartunnya belum tayang aja sana sini udah bingung. Begitu tayang bak kejutan ulang tahun pacar. Widihh, surplus and surprise loh. Langsung headline. Sekalipun bingung secara jamak, terus mau apa.

Rame-rame ngudak breaking news, meski peristiwa versus kasus sas sis sus terjadi karena rutinitas cerdas berkelit hingga diujung surprise tersurplus. Jring! Layar terkembang bimsalabim abakadabra jumpalitan, terbiasa karena selalu ada pula kisah peradegan, topik by headline, mungkin. Rekayasa atau titipan sulit dibedakan. Nah loh.

Hingga nalarpun bingung dimana bedanya feck news dengan rutinitas  news by key fact, patgulipat seolah-olah sang primadona awet muda. Sudahkah melihat dengan kacamata pantai atau kacamata pegunungan. Sama ajeh kale. Tergantung nilai intrinsik dari kisah berjalan secara realitas tematik atau alegoris.

Tapi tetap saja mbalelo alias cuek bebek, cuek abis bisa juga dibilang, bodok amat. Aji mumpung aji sakti, aji lipat menggurita berlipat ganda, tapi beda loh dengan ganda campuran, bisa juga sih kalau mau disebut demikian, bergantung sudut pandang acuan tor-nya, ibarat kate begicu deh. Walahkadalah dong. Bukan main-main loh.

Alamak, so far not so good, coz rock n’roll kale, waduh. Loh kenapa? Santai aja kale. Merujuk sana sini boleh dong, kan risiko berdemokrasi impor, ya toh. May be Yes … May be No. Loh? Iyau! Loncat-loncat sesuka hati. Aku, adikuasa kamu siapa. Kalau aku dewa penguasa jagat kamu masih berani enggak. ya enggaklah. Nonton aja deh.  

Mengebiri domba berbeda dengan mengebiri kucing meski tolok ukur keilmuannya sama, ke.bi.ri – nah icu dia, bedanya pada kata makhluk kucing – domba, barangkali hal icu salah satu penyebab epidemi flu koruptif bersin-bersin, enggak ilang-ilang, bagai musim berganti layar adegan berlapis-lapis gonta-ganti tapi ceritanya sama hihihi, old fashion.

Hihihi … Seru-seru enggak sih, kalau mau dibilang nyebelin pun tetap keburu kebal antibiotik akibat overdosis. Apa sebabnya, mungkin dari akibat, bisa juga dibilang puyer sakit kepalanya udah enggak manjur. Terus gimana dong. Mau begitu aja asal goblek. Diprotes cuek enggak diprotes ngeselin. Ya sudah berdoa saja. Amin.

***

Jakarta  Januari 15, 2024.

Salam NKRI Pancasila. Kebaikan setiap hari.