Prof Dr Imron Cotan : Agenda USA dan China Ciptakan Masyarakat Sekuler dan Liberal Takut Indonesia Menjadi Negara Fundamentalis
JAKARTASATU.COM– Pemerhati Politik Internasional dan isu-isu strategis Prof Dr Imron Cotan menyampaikan ancaman terhadap pertahanan dan keamanan, kedaulatan negara dari perspektif Cyberwar yang merupakan matra baru dari matra konvensional darat, laut, udara selama ini. Beberapa negara maju sudah membentuk “Angkatan” cyber termasuk juga China. Hal itu disampaikan dalam Webinar Universitas Paramadina
“Apa Visi Ke Depan? Pertahanan Negara, Kedaulatan Bangsa” Selasa, 30 Januari 2024
Prof Dr Imron Cotan mengemukakan agenda USA yang menjadi point penting terutama di negara-negara berkembang adalah berusaha menjadikan agenda demokratisasi dan isu isu global, suatu hal yang urgen dan diterapkan dengan baik, untuk membangun check and balances di negara tersebut termasuk Indonesia, sehingga tidak menjadi ancaman serius, seperti jika berhadapan dengan Kuba, Korea Utara, China yang dikendalikan oleh satu kekuatan saja.
Sementara kata Imron, China sendiri punya agenda, yakni ide otokratisme, isu perdagangan dan agenda regionalisme terutama terkait Kawasan bermasalah seperti Laut China Selatan di mana Indonesia menjadi bagian dari permasalahan di sana.
“Anehnya USA dan China justru memiliki agenda yang sama dengan Indonesia, yakni bagaimana menciptakan masyarakat yang sekuler dan liberal, karena mereka takut Indonesia akan menjadi Negara fundamentalis dengan penduduk yang 88 % beragama Islam. Hal ini yang jarang disorot oleh para pakar kita,” ungkapnya
Imron menilai karenanya, USA mencoba membangun pranata-pranata yang mendukung agenda Liberalisasi dan sekulerisasi itu. Hal itu berhasil di Jepang dan Korea Selatan. Bahkan pajak tertinggi di Jepang berasal dari industri pornografi dan judi. Kalau Indonesia tidak hati-hati, maka akan terjerumus hal seperti di Jepang.
“Sementara China dianggap berhasil melebarkan pengaruhnya dengan isu otokratisme, isu perdagangan dan regionalisme di Kawasan Asia Pacific dan Asia Selatan seperti Srilanka, Pakistan, Bhutan dan Nepal. Di Asia Pacific Solomon Ireland, Fiji, Asia Tengah Kazkhastan, kyrgistan, yang dibina melalui Lembaga ekonomi bentukan China. Di Asia Tenggara dengan gagasan BRI,” tuturnya
Bayangkan kata Imron, bagi pertahanan keamanan dalam negeri bagi Indonesia adalah, China dan USA mempunyai mesin propaganda yang Tangguh. Platform mesin propaganda USA adalah Google dan China gunakan Baidu. Kedua negara itu juga mempunyai “Angkatan” Cyber.
“Sering terjadi serangan cyber setelah ditelusuri datang dari sudut-sudut negara China dan USA yang bukan berasal dari Beijing atau Washington, tapi datang dari area pegunungan di mana mungkin Angkatan cyber berpusat,” ungkapnya
Ia menegaskan bahwa hal itu tentu saja sangat berbahaya. Algoritma Tiktok untuk dalam negeri China sendiri berbeda dengan di luar negeri. Yang di luar China dapat diidentifikasi untuk memajukan agenda sekulerisme dan Liberalisme.
“Juga judi online dan pornografi. Begitu juga USA yang kerap melakukan serangan. Bahkan diduga mesin propaganda USA juga bekerja untuk kepentingan salah satu paslon capres/cawapres pemilu 2024 di Indonesia,” jelasnya
“Berita tersebut konon dimuat di salah satu media mainstream kredibel,” imbunya
“Dikhawatirkan penduduk Indonesia yang Sebagian besar berpendidikan SD, mempunyai daya tahan yang amat lemah dari konteks SDM, terkait menghadapi serangan-serangan cyber seperti di atas, karena daya saring, daya kritis dengan basic ilmu pengetahuan yang rendah,” tutupnya. (Yoss)